Nasional

Kiai Munawwir, Sanad Al-Qur'an Utama Abad 20 di Nusantara

Kam, 5 Januari 2023 | 08:30 WIB

Kiai Munawwir, Sanad Al-Qur'an Utama Abad 20 di Nusantara

Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta peninggalan KH Muhammad Munawwir. (Foto: Ig Al-Munawwir)

Yogyakarta, NU Online
KH Muhammad Munawwir Bin Abdullah Rosyad adalah penggagas pesantren Al-Qur'an pertama di Indonesia. Dalam belajar Al-Qur’an, KH Muhammad Munawwir memiliki sanad yang tersambung hingga Nabi Muhammad saw. Ia juga adalah sanad Al-Qur'an utama abad ke-20 di Nusantara.


Hal itu disampaikan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) pada Haul Ke-84 Al Maghfurlah KH Muhammad Munawwir Bin Abdullah Rosyad yang berlangsung di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Selasa (3/1/2023).


"Kiai Munawwir santrinya ini tersebar di Nusantara. Saya kira sanad Al-Qur'an utama abad ke-20 di Nusantara ini ya Mbah Munawwir. Yang paling utama semua orang bisa merasakan adalah pendirian beliau, yaitu mendirikan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak," ujar Gus Mus.


Seperti lazimnya pondok pesantren zaman dulu itu dinamai nama desa, Pondok Pesantren yang didirikan oleh Kiai Munawwir juga menggunakan nama desa, yaitu Pondok Pesantren Krapyak. Hal tersebut menunjukkan betapa tawadunya Kiai Munawwir.


"Saya beserta kalian semua itu harus bersyukur yang banyak, sebab diri kita ada sangkut pautnya dengan Romo Kiai Munawwir. Baik anaknya, baik cucunya, baik santrinya, baik santrinya santrine. Ada yang cuman senang, pokoknya kalau ada haulnya Mbah Munawwir datang. Semuanya keluberan barakahnya Mbah Munawwir," ungkap Gus Mus.


Menurut Gus Mus santri-santri Kiai Munawwir itu begitu tawadu. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kiai Munawwir merupakan sosok yang sangat luar biasa menyayangi santrinya. 


"Santri-santri kalau melihat kiai yang sangat mencintai santrinya, mau sombong tidak bisa. Sebab saya disayangi sama kiai, maka jangan sampai kelakuan saya mencoreng nama kiai saya," imbuhnya.


Di antara murid dari Kiai Munawwir yaitu, Kiai Ali Maksum, Kiai Arwani Kudus, Kiai Umar Mangkuyudan, Kiai Muntaha.


"Njenengan (Anda) bisa melihat kiai-kiai jebolan Krapyak, kiai-kiai santrine Mbah Munawwir. Saya masih remaja dibasani oleh Kiai Arwani, bahasa halus, krama inggil. Saya di rumah Kiai Umar Mangkuyudan dipersilakan makan. Waktu itu saya membawa tokoh dari Jakarta sampai heran," jelas Gus Mus.


Teman Gus Mus tersebut mengatakan, "Kamu kok hebat sekali dilayani Kiai Umar." Kemudian Gus Mus mengatakan "Lah kamu tidak tahu kalau Kiai Umar itu santrinya Kiai Munawwir."


Ketika dipersilakan makan itu Gus Mus mengatakan sudah kenyang, lalu Kiai Umar mengatakan, "Tenang saja, kalau tidak habis akan saya habiskan." Orang Jakarta yang bersama dengan Gus Mus kaget lagi.


"Kiai Muntaha ya seperti itu. Santri-santrinya Mbah Munawwir yang saya temui, semuanya seperti yang saya sampaikan tadi. Tingkah lakunya itu Qur'ani. Jadi hamilul Qur'an," pungkas Gus Mus.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman