Nasional

Kiai Said: Dengan Ukhuwah, NU Kuat

Jum, 28 Mei 2021 | 02:15 WIB

Kiai Said: Dengan Ukhuwah, NU Kuat

Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan hanya dengan ukhuwah, NU bisa kuat, bukan dengan senjata. Menurut Kiai Said, kelemahan umat Islam adalah perpecahan satu sama lain.

 

Ia mengingatkan tujuan pertama kali NU didirikan adalah untuk memperkuat ukhuwah islamiyah, wathaniyah, dan insaniyah. Karena itu, seorang Nahdliyin harus sadar jika ber-NU harus bisa memperkuat ukhuwah islamiyah lintas bangsa, lintas organisasi, dan lintas mazhab.

 

"Ketika NU didirikan jangan hanya dijadikan kepentingan politik ekonomi saja. Kita kembali sadar apa tujuan visi misi KH Hasyim mendirikan NU," ujarnya dalam acara Halal  bihalal NU se-Dunia dan Pembacaan Hizb Nashar untuk Palestina, Kamis (27/5) malam.

 

"Jangan sekali-kali kita membenci aliran lain kecuali mazab itu memang sesat menurut pengukuran yang objektif. Kalau memang tidak sesat harus kita toleran sebagai saudara kita," sambungnya.

 

Kiai Said mengatakan kelemahan Timur Tengah adalah karena hilangnya ukhuwah satu sama lain, baik dalam maupun luar negeri.

 

"Itu hilangnya ukhuwah islamiyah merupakan kesempatan terbaik oleh Israel. Kelemahan umat Islam adalah pecah satu sama lain. Selama itu pecah maka Israel sangat senang mengangkangi tanah Palestina. Bahkan di dalam Palestina sendiri sering terjadi konflik perang saudara. Nah ini kan sangat menyedihkan," ungkap Kiai Said.

 

Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah Jakarta Selatan itu meneruskan jika benar-benar fitrah jamiyah maka niat didirikannya NU agar memperjuangkan umat Islam untuk bersatu menjadi saudara lintas agama dan lintas apa pun.

 

Berikutnya, ukhuwah wathaniyah, yakni mewujudkan persaudaraan sesama bangsa. Artinya memperkuat nasionalisme, sebagai bangsa yang satu, lintas agama, lintas suku, lintas tradisi.

 

NU didirikan untuk mempersatukan bangsa Indonesia, bukan untuk melemahkan. Semua warga NU harus memiliki tekad memperkuat nasionalisme, bukan hanya dari sisi geografis namun juga budaya.

 

Bicara persatuan, di samping bicara tentang menyelamatkan dan menjaga NKRI dari segi keselamatan geografinya, juga mempertahankan budayanya. Membela tanah air harus membela budayanya. Karena, kata Kiai Said, budaya adalah ciri khas, dan harga diri suatu bangsa dilihat dari budayanya.

 

"Martabat suatu bangsa tergantung budayanya, ketika martabat budaya itu hancur, hancurlah martabat bangsa itu. Bukan agamanya," tegas kiai Said.

 

Kiai Said mencontohkan, di Timur Tengah, agamanya benar namun budayanya yang hancur, sehingga sekarang rendah dipandang oleh internasional. "Kita ini agamanya benar, tapi jika sikap ucapan kita sehari-hari masih amburadul, maka kita akan jauh dari martabat yang kita inginkan," jelasnya.

 

Terkait ukhuwah insaniyah, NU didirikan dengan target utama yaitu ukhuwah insaniyah. Sesama manusia adalah saudara. Perbedaan harus dihargai, tidak boleh saling mencaci maki satu sama lain.

 

"Jangan sekali-kali mencaci maki agama lain, nanti mereka mencaci kita tanpa ada manfaatnya. Jangan sekali-kali mencaci agama lain, jangan, nanti mereka mencaci kita," jelasnya.

 

Jika suatu umat memiliki kebanggaan masing-masing, punya tradisi, cara perilaku yang mereka banggakan. Itulah yang harus dibanggakan, tidak boleh meremehkan budaya lain.

 

Nah kalau kita kembali ke ukhuwah islamiyah, maka tidak ada yang unggul selain Arab kecuali dengan takwanya. Suku tidak ada artinya, bertakwalah menjadi ukuran.

 

"Insan yang bertakwa bukan insan Arab, insan Indonesia. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kita kembali pada basik NU ketika didirikan, berangkat dari prinsip tasawuth dan tasamuh, moderat dan toleransi. Tujuan utamanya adalah ukhuwah islamiyah, wathaniyah, dan insaniyah," pungkasnya.

 

Kontributor: Abdullah Faqih
Editor: Kendi Setiawan