Nasional LITERASI DIGITAL

Konten Dakwah Ringan dan Mudah Dicerna Bagian dari Cakap Literasi Digital

Jum, 12 Agustus 2022 | 03:00 WIB

Konten Dakwah Ringan dan Mudah Dicerna Bagian dari Cakap Literasi Digital

Seminar Literasi Digital dengan tema Literasi Digital untuk Penguatan Dakwah Bagi Generasi Milenial di Pondok Pesantren Al Hamidiyah, Depok, Jawa Barat, Kamis (11/8/2022) malam.

Depok, NU Online

Pada era digital seperti sekarang ini, santri dituntut harus adaptif dengan perkembangan zaman. Maka dari itu santri harus saling sinergi, serta kolaboratif dalam membuat konten dakwah yang ringan, dan mudah dicerna. Karena itu adalah bagian dari cakap literasi digital.


Hal tersebut diungkapkan oleh Sekjen Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU), KH Nurul Badruttamam saat mengisi seminar Literasi Digital dengan tema Literasi Digital untuk Penguatan Dakwah Bagi Generasi Milenial di Pondok Pesantren Al Hamidiyah, Depok, Jawa Barat, Kamis (11/8/2022) malam.


"Tetapi tantangan kita adalah di keistiqomahan biasanya yah. Ini yang harus dikuasai oleh adik-adik santri," ujar KH Nurul Badruttamam.


Dirinya juga berpesan agar para santri juga merambah ke  bidang komunikasi, aplikasi bisnis, aplikasi gaya hidup, dan financial teknologi.


"Ini menjadi tren. Apalagi kalau sekarang gaptek (gak peka teknologi) terkait media sosial ya udah ketinggalan," imbuhnya.


Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Majelis Taklim Al-Hamidiyah, KH Ahmad Mahfud Anwar. Ia berharap agar para santri bisa menjadi creator, sebagai sarana untuk berdakwah.


"Menjadi creator paling tidak misalnya anak-anak santri bisa mensyuting Kyai Jamhari, bisa mensyuting Kyai Rosyid waktu ngaji. Syuting lewat hp aja diambil 10 menit, 15 menit diangkat di youtube," jelasnya.


Menurutnya dengan hal itu maka penggunaan teknologi menjadi sesuatu yang positif. Tidak saja menghasilkan uang, tetapi juga misi dakwah bisa tersampaikan.


"Oleh karena itu harus menggunakan konten-konten yang positif, jangan sampai menggunakan konten yang negatif. Karena di situ kan ada undang-undang ITE yang bisa menjerat siapa saja. Kita berharap mudah-mudahan setelah pertemuan kita pada malam hari ini ada tindak lanjut lebih kreatif," pesannya.


Sementara itu Founder Iqra id, Ahmad Ubaidillah mengatakan agar santri harus tertantang menjadikan tiktok sebagai instrumen digital, untuk menyuarakan pesan-pesan keislaman yang berasal dari dunia pesantren.


"Nah ini  peluang besar ekosistem digital, kita harus masuk dalam wacana tersebut. Karena data per Februari 2022 kita bisa cek, total populasi masyarakat Indonesia berada di 277, 7 juta, dan yang menggunakan mobile phone itu ada pada angka 370, 1 juta. Artinya setiap satu orang ada kemungkinan punya handphone atau gadget 2, karena populasinya melampaui jumlah populasi real yang ada di masyarakat Indonesia," imbuhnya.


Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pengguna internet adalah 204,7 juta, dan yang menggunakan media sosial ada 191, 4 juta. Selain penggunaan Tiktok, YouTube, Facebook, Instagram, Twitter yang besar. Penggunaan website  juga sangat besar sekali.


"Saya kira itu tantangan kita, kenapa demikian? Karena website ini kan yang diproduksi adalah bener-benar karya literasi, dan saya kira pesantren sudah teruji di dalam memproduksi tulisan. Ini adalah tantangan, dan peluang untuk kita semua," pungkasnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman

Editor: Fathoni Ahmad