Nasional

Pergunu Terus Dorong Guru Miliki Kemampuan Digitalisasi yang Baik

Sel, 7 Desember 2021 | 08:30 WIB

Pergunu Terus Dorong Guru Miliki Kemampuan Digitalisasi yang Baik

Pelatihan Kompetensi Dasar Berbasis Mobil Apps LMS, di Hotel Yusro, Jombang, Jawa Timur, Senin (06/12/21). (Foto: Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online

Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) mengadakan Pelatihan Kompetensi Dasar berbasis Mobil Apps LMS, di Hotel Yusro, Jombang, Jawa Timur, Senin (06/12/21). Acara ini mengambil tema Urgensi Guru Profesional dalam Pembangunan Pendidikan: Belajar dari Pesantren.

 

Sekretaris Pergunu Jawa Timur Ahmad Faqih mengatakan tujuan kegiatan ini mendorong pemerintah dan instansi pendidikan untuk terus membekali para guru dengan kemampuan digital. Hal itu juga sesuai dengan program yang sedang digalakkan Pemerintah.

 

"Kita mengusulkan guru-guru di Indonesia selalu update terkait digitalisasi agar tidak ketinggalan dengan peserta didik. Perbanyak pelatihan memakai sistem hybrid learning dengan prosentasi online 70 persen dan tatap muka/asistensi offline 30 persen," jelasnya.

 

Ia menambahkan, untuk mempermudah para guru dalam pelatihan digitalisasi ada baiknya bekerjasama dengan berbagai pihak untuk membuat media pelatihan yang praktis, simpel, fleksibel, efektif dan efisien, manajemen aktualisasi diri para guru Indonesia.

 

"Sehingga diharapkan mampu menjadi solusi dari permasalahan guru yang masih belum paham bab digitalisasi mengajar. Perlu system pelatihannya yang sistematis dan praktis, materi pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan individual," imbuhnya.

 

Sementara itu, hadir sebagai pemateri dalam kegiatan ini KH A Junaidi Hidayat. Kiai Junaidi mengingatkan para guru saat ini sangat beruntung dengan kemajuan teknologi. Belajar dan mengajar bisa dilakukan tanpa bertatap muka.

 

Kemampuan menguasasi digitalisasi merupakan hal yang harus dikuasai. Dikarenakan yang diajar sangat akrab dengan model digital. Sehingga dalam proses belajar mengajar nyambung.

 

Selain itu, para guru juga bisa dengan mudah update ilmu baru lewat aplikasi atau media sosial yang menjamur saat ini seperti zoom dan youtube. Terpenting jangan sampai melupakan substansi dari belajar dan mengajar itu sendiri.

 

"Era digitalisasi, guru harus mulai membangun pemikiran substansif. Sekolah substansinya adalah belajar, pondok pesantren substansinya adalah mengaji," jelasnya.

 

Kiai Junaidi menjelaskan bahwa semangat digitalisasi dan otonomi pendidikan harus benar-benar masuk ke jantung pendidikan, bukan hanya mewujudkan keinginan para pemangku kewajiban pusat.

 

Pendidikan terbaik adalah pendidikan yang bisa menyesuaikan kapasitas peserta didik, bukan memaksakan peserta didik menjadi seperti yang diinginkan oleh sistem.

 

"Pondok itu bil ma'ruf, masalah sekolah diserahkan ke para pemangku kepentingan Sekolah," jelas tokoh asal Bojonegoro ini.

 

Kiai Junaidi mengingatkan, aturan yang dibuat pihak berwenang harus tetap dikuti, tapi jangan sampai mengurangi subtansi pendidikan itu sendiri. Dengan begitu para guru bisa kreatif dalam mengajar dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.

 

Oleh karenanya, peserta didik harus mendapatkan pendidikan secara utuh sesuai era yaitu digitalisasi bukan hanya dari segi kognitif. Hal ini dikarenakan orang diciptakan oleh Allah dengan kemampuan yang tidak sama. Mempunyai keistimewaan sendiri-sendiri.

 

"Bentuk kecerdasan karakter terlebih dahulu sebelum membentuk kemampuan dan kecerdasan kognitif," imbuh alumnus Pesantren Tebuireng ini.

 

Kiai Junaidi menjelaskan jika kecerdasan yang dimiliki peserta didik itu pemberian Allah, tapi yakin setiap peserta didik mempunyai keistimewaan masing-masing. Hal ini yang membuat peran guru tidak bisa tergantikan. Karena mesin tidak bisa memahami siswa.

 

Dari sini penting ada perubahan mindset menjadi guru yang merdeka. Yaitu guru yang mampu menjadi uswah hasanah dan menginspirasi muridnya menjadi pelajar yang merdeka dalam belajar.

 

Dalam arti selalu terbuka dengan kemajuan teknologi dan memanfaatkan untuk belajar mengajar, tapi tidak keluar dari garis besar substansi pendidikan yaitu adanya proses belajar.

 

"Lakukan tugas profesi sebagai pendidik dengan kebahagiaan dan tulus ikhlas," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Kendi Setiawan