Nasional

Moderasi Beragama Jadi Kunci Terciptanya Toleransi dan Kerukunan

Sen, 6 Desember 2021 | 15:15 WIB

Moderasi Beragama Jadi Kunci Terciptanya Toleransi dan Kerukunan

Sekretaris PP Pergunu Ahmad Zuhri mengisi materi pada kegiatan Peningkatan Kapasitas Moderasi Beragama Guru PAI. (Foto: NU Online/ Erik Alga Lesmana).

Boyolali, NU Online
Sekretaris Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) Ahmad Zuhri mengatakan moderasi beragama merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Menurutnya, moderasi beragama merupakan perekat antara semangat beragama dan komitmen berbangsa.

 

“Di Indonesia, beragama pada hakikatnya adalah ber-Indonesia dan ber-Indonesia itu pada hakikatnya adalah beragama,” ujar Zuhri.

 

Hal itu disampaikan Zuhri saat mengisi materi pada kegiatan Peningkatan Kapasitas Moderasi Beragama Guru PAI tingkat SMA/SMK bekerja sama dengan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Santri Nusantara (P3SN) dan Direktorat PAI Kemenag RI di Hotel Al Azhar Azhima, Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (4/12/2021).

 

Lebih lanjut, Zuhri menjelaskan bahwa keberhasilan moderasi beragama dalam kehidupan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari tingginya komitmen kebangsaan. Karena hal itu, menurutnya, merupakan modal utama yang sudah dibangun oleh pendiri bangsa hingga sekarang.

 

“Komitmen kebangsaan yaitu penerimaan terhadap prinsip-prinsip berbangsa yang tertuang dalam konstitusi UUD 1945 dan regulasi di bawahnya,” ujar dosen UIN Sunan Kalijaga itu.

 

Zuhri menjelaskan bahwa toleransi mampu menghormati perbedaan, menghargai kesetaraan, memberi ruang kepada orang lain untuk berkeyakinan sekaligus mengekspresikan keyakinannya, menyampaikan pendapat, dan bersedia untuk bekerjasama dengan pihak lain.

 

Selain itu, kata dia, toleransi juga bisa menolak terhadap bentuk kekerasan baik itu atas agama maupun yang lainnya. Menurutnya, bentuk kekerasan apapun itu sama sekali bukan ajaran agama bahkan bertolak belakang dengan ajaran agama.

 

“Menolak tindakan kekerasan seseorang atau kelompok tertentu, baik secara fisik maupun verbal, dalam mengusung perubahan yang diinginkan. Apapun yang dilakukan jika menggunakan cara-cara kekerasan sama sekali bukan ajaran agama,” tegas Zuhri.

 

Zuhri mengungkap terdapat beberapa faktor tumbuh suburnya intoleransi dan radikalisme di kalangan pelajar. Menurutnya, para guru perlu mengetahui faktor-faktor tumbuhnya sikap intoleransi agar mampu melakukan pencegahan sedini mungkin.

 

“Adanya keterkaitan antara peran guru dan tumbuh suburnya intoleransi dan radikalisme di kalangan pelajar. Lemahnya kebijakan dan peran sekolah dalam menangkal paham eksklusivisme dan radikalisme agama di sekolah,” ungkap Zuhri.

 

Zuhri mengungkapkan, hampir 49% isi atau materi pelajaran yang ada dalam buku pelajaran ditemukan ada imbauan kepada anak muda untuk tidak bergaul dengan penganut agama lain.

 

Dalam kegiatan ini, Zuhri meminta kepada para guru untuk mewaspadai tumbuh suburnya intoleransi di sekolah. Menurutnya, apabila terdapat benih kekerasan di sekolah pada guru untuk segera menindak tegas sebelum para pelajar lainnya ikut terpengaruh.

 

Kontributor: Erik Alga Lesmana
Editor: Aiz Luthfi