Nasional IDUL ADHA 2022

Kurban Ajarkan Umat Islam Peka terhadap Kebahagiaan Orang Lain

Sen, 11 Juli 2022 | 10:00 WIB

Kurban Ajarkan Umat Islam Peka terhadap Kebahagiaan Orang Lain

Ilustrasi hewan kurban.

Jakarta, NU Online
Ibadah kurban dapat menumbuhkan altruistik, yakni perilaku untuk membahagiakan orang lain dan tidak memikirkan kebahagiaan diri sendiri. Dengan kata lain, kurban menumbuhkan perilaku peka terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Perilaku semacam inilah yang perlu ditumbuhkan agar manusia tidak hanya mementingkan dirinya sendiri.


Hal itu disampaikan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesi (UI), Prof Nachrowi Djalal Nachrowi saat khutbah Idul Adha di Halaman Masjid Attauhid Arief Rahman Hakim Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba, Jakarta Pusat, Ahad (10/7/2022).


Prof Nachrowi menjelaskan, anjuran berkurban ditujukan kepada umat Islam yang mampu hanya pada Hari Raya Idul Adha yaitu satu kali dalam setahun. Penyaluran daging kurban dapat digunakan sebagai media silaturahim maupun untuk membahagiakan orang yang menerima.


“Bagi kelompok yang kurang mampu dan jarang sekali makan daging, pada Hari Raya Idul Kurban ini diharapkan dapat menikmati makan daging secara gratis sehingga kebahagiaannya meningkat,” ujarnya.


“Sementara bagi para sahabat kerabat dan tetangga yang menerima daging kurban, dapat menikmatinya secara suka cita pada hari Raya Kurban. Ujung-ujungnya kebahagiaan mereka juga bisa meningkat,” beber Prof Nahrowi.


Ia mengatakan, ibadah kurban bermanfaat buat pelakunya. Sebab, kurban termasuk amal-amal penyelamat yang dapat menyelamatkan pelakunya dari keburukan dunia dan akhirat.


“Dengan demikian, bagi yang mampu marilah kita melaksanakan kurban. Sebab, kurban merupakan amalan yang sangat menguntungkan bagi pelakunya karena akan mendapat pahala dari Allah swt serta dijaga dari bencana yang datang di dunia maupun di akhirat nanti sesuai yang dijanjikan pada hadits,” ungkapnya.


Selain itu, ibadah kurban juga dapat mempererat tali persaudaraan antara umat yang mampu dengan yang kurang mampu.


Sebelumnya, Prof Nachrowi mengingatkan bahwa pada hakikatnya kurban adalah bentuk ungkapan pendekatan diri seorang hamba kepada Allah dengan mempersembahkan sesuatu yang paling berharga yang dimiliknya baik jiwa maupun harta.


“Secara historis, ibadah kurban memang berakar dari kisah Nabi Ibrahim as yang diperintahkan Allah untuk mengorbankan anak dambaannya, yaitu Nabi Ismail,” tuturnya.


“Tetapi secara teologis, kurban merupakan wujud kepasrahan total seorang hamba kepada Khaliq-nya dengan maksud membersihkan eksistensi dirinya dari berbagai nafsu kebinatangan,” imbuh Prof Nachrowi.


Pewarta: Kendi Setiawan 
Editor: Musthofa Asrori