Nasional

Lakukan Berbagai Ikhtiar Organisasi, Gus Yahya Tegaskan 100 Tahun NU Harus Istimewa

Jum, 3 Juni 2022 | 21:00 WIB

Lakukan Berbagai Ikhtiar Organisasi, Gus Yahya Tegaskan 100 Tahun NU Harus Istimewa

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan bahwa ikhtiar organisasi yang dilakukan selama ini dalam rangka mengejar agar 100 tahun NU istimewa. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat ini sedang terus melakukan berbagai ikhtiar untuk membuat perubahan-perubahan baru di dalam organisasi. Salah satunya adalah dengan membuat sistem kaderisasi baru yang telah diluncurkan hari ini. 


Kaderisasi ini diperuntukkan kepada para pengurus atau calon pengurus NU agar dapat meningkatkan kapasitasnya. Sebab ada banyak pekerjaan-pekerjaan berat yang harus ditangani, terutama menuju 100 tahun usia NU. 


Semua dilakukan oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf bersama jajarannya dalam rangka untuk mengejar momentum satu abad itu. Secara hitungan kalender Hijriyah, NU akan genap berusia 100 tahun atau memasuki abad kedua pada Rajab 1444, tahun depan. 

 
“Kita mengejar momentum, NU tahun depan akan memasuki usia 100 tahun. Ini tidak boleh menjadi 100 tahun yang biasa-biasa saja, tetapi harus menjadi istimewa,” ungkap Gus Yahya saat secara resmi meluncurkan sistem kaderisasi baru NU, pada Jumat (3/6/2022) sore. 


Ia berharap, NU memiliki peluang besar untuk masuk ke dalam kriteria makna dari berbagai penuturan di dalam nushus atau teks-teks seperti hadits dan aqwal (pernyataan) ulama tentang kebangkitan agama. 


Ia kemudian menyebutkan hadits Nabi Muhammad yang bermakna, ‘Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap akhir seratus tahun, seorang pembaharu (mujaddid) untuk umat agama mereka.’


“Kalau kita jadikan 100 tahun ini istimewa, mudah-mudahan NU masuk ke dalam makna dari sabda Nabi itu. (Tapi) kalau biasa-biasa saja kan jadi tidak ada harapan. Kalau tidak ada harapan yang ada cuma hanya kekhawatiran, jangan-jangan kita hanya menunggu ajal saja,” ungkapnya.


Dengan penuh optimis, Gus Yahya mengajak seluruh pengurus NU di semua tingkatan untuk menjadikan 100 tahun pertama NU menjadi istimewa. Lalu masuk ke abad kedua NU dengan semangat membangun masa depan. 


“Mari kita buat 100 tahun menjadi istimewa dan masuk abad kedua NU dengan visi, semangat dan gairah yang besar untuk masa depan yang lebih baik, untuk NU, untuk Islam, untuk Indonesia, dan untuk peradaban umat manusia seluruhnya. Insyaallah bi idznillah,” tegas Gus Yahya. 


Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu percaya bahwa keberkahan para pendiri NU sudah sangat cukup untuk menjadi bekal sebagai pengharapan besar dari pengurus NU saat ini. Lebih-lebih, apabila bekal itu ditambah dari riyadhah para pemimpin NU selama 100 tahun pertama.  


Riyadhah melalui pergulatan memperjuangkan kemerdekaan, riyadhah dalam pancaroba di awal-awal kemerdekaan, riyadhah menghadapi komunisme, sampai riyadhah 100 tahun. Kita sebetulnya diberikan harapan besar sekali dari warisan riyadhah para masyayikh dan guru-guru kita yang telah mengayomi selama 100 tahun ini,” tegas Gus Yahya. 


Ia mewanti-wanti agar pengharapan besar dari keberkahan dan riyadhah para ulama pendiri NU itu tidak disia-siakan. Gus Yahya lantas mengajak seluruh pengurus NU untuk mulai berpikir dan bertindak pada sesuatu yang lebih bermakna. 


“Mari tinggalkan dan buang semua hal yang receh, ganti dengan cita-cita yang lebih mulia dengan riyadhah-nya para masyayikh kita selama 100 tahun,” ajaknya. 


Ia menuturkan bahwa salah satu cita-cita yang mulia itu akan dimulai dari dilaksanakannya program pendidikan kader reguler dan berjenjang. Sebab, ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan dengan penuh sungguh ini adalah syarat bagi turunnya fadhilah dari Allah. “Karena tanpa ada ikhtiar ini, tidak mungkin Allah menurunkan fadhilah-Nya,” tegas Gus Yahya.


Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf menegaskan bahwa kaderisasi di lingkungan NU yang kini telah resmi diluncurkan itu merupakan bagian dari transformasi PBNU di bawah kepemimpinan KH Miftachul Akhyar dan Gus Yahya.


“Ini dibuat dalam rangka tata kelola organisasi. Penyelenggara ini terkendali mulai dari pengurus besar sampai pengurus cabang, terstruktur. Pengendalinya langsung adalah ketua umum. Tidak bisa sekarepe dewe (sesuai keinginan sendiri), tetapi harus terukur dan terkendali,” jelas Gus Ipul, begitu ia akrab disapa.


Ia kemudian menjelaskan tentang instruktur dan penyelenggara kaderisasi. Di tingkat pengurus besar, kaderisasi akan diselenggarakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU bersama Badan Pengembangan Administrasi Keorganisasian dan Kader. 


“Ini bisa dimulai secara bertahap dengan bimbingan dari PBNU secara langsung. Nanti hasil Konbes NU 2022 akan dikirim secara langsung ke pengurus wilayah dan cabang untuk bisa dipelajari lebih baik lagi. Insyaallah kita berharap koordinasi dan kolaborasi antara PC, PW, PB bisa berjalan lebih baik,” tutur Gus Ipul.


Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syakir NF