Nasional

Langkah NU Online Jadi Web Keislaman Nomor Satu di Indonesia

Rab, 15 Juli 2020 | 07:15 WIB

Langkah NU Online Jadi Web Keislaman Nomor Satu di Indonesia

Harlah ke-17 tahun NU Online. (Foto: dok. NU Online)

Jakarta, NU Online

NU Online saat ini menjadi situs web keislaman nomor satu di Indonesia berdasarkan situs pemeringkat web. Dalam mencari referensi soal keislaman, banyak orang yang merujuk pada NU Online. Hal itu tidak diperoleh dalam waktu singkat.


Direktur NU Online Savic Ali menyampaikan bahwa ada beberapa langkah yang dijalankan guna mencapai cita tersebut. Pertama, soal script web yang terus diperbaiki agar lebih ramah di Google. Ia mengaku beberapa kali mengganti script demi lebih mudah diindeks oleh Google.


“Pertarungannya memang tulisan kita di halaman depan Google. Misal dalam konteks Jihad, banyak orang jihad, namanya jihad ke Suriah. Harus ada tulisan penjelasan yang ada NU Online muncul agar ada perspektif berbeda,” jelas Savic saat galawicara di TV9 pada Selasa (14/7) dalam rangka Harlah ke-17 tahun NU Online.


Ramah Google juga dapat meningkatkan pembaca. Sebab, sebagian besar situs web pada dasarnya mendapatkan banyak pembaca dari situs web pencarian itu. “Makin besar terindeks, makin besar pembaca,” katanya.


Kedua, lanjut Savic, mengubah kebijakan redaksi yang semula hanya menjadi suara Nahdlatul Ulama menjadi medianya masyarakat Nahdliyin. Artinya, NU Online menjadi wadah bagi warga NU untuk mengungkapkan pemikirannya.


Tidak hanya itu, situs web yang sejak awal ia turut merintisnya itu juga menargetkan pembaca dari kalangan Muslim urban. Sebab tak sedikit dari mereka yang belajar Islam di internet dan mendapati konten yang diinginkannya di situs web Salafi dan Wahabi sehingga perlu diberikan wawasan pembanding dan diakomodasi guna memberikan perspektif yang berbeda terhadap agama.


“Umumnya mereka berlabuh ke website salafi wahabi. Muslim urban harus diakomodasi akhirnya kita nulis tema yang diminati mereka. Secara umum misal soal bunga bank. Tetapi bagi Muslim baru urban itu sangat penting. Soal gitu,” terang pria asal Pati, Jawa Tengah itu.


Hal lain yang semula dianggap biasa, seperti tata cara shalat Idul Adha tidak dibuat, dibuat konten juga mengingat banyak pembaca menjelang pelaksanaan ibadah tersebut. hal tersebut karena tak jarang orang yang baru belajar Islam belum mengetahui tata caranya, atau lupa bagaimana melaksanakan shalatnya.


“Orang NU gak ada yang nyari tata cara shalat Idul Adha. Tetapi banyak orang yang dia gak sehari-hari ngaji, dia memang gak tahu, harus belajar lagi. dia mungkin lupa. Akhirnya nyari di Google tata cara shalat,” katanya.


Menulis perihal ubudiyah memang terkesan sepele karena tidak ada tantangan intelektualnya. Tetapi, NU Online menyadari bahwa konten demikian dibutuhkan oleh publik umum. Jika tidak menyediakannya, mereka tentu akan membacanya di tempat lain dan bukan tidak mungkin akan membaca konten lainnya sehingga terjerumus ke jurang ekstremisme.


Di samping itu, NU Online juga memperbanyak tim kontributor. Awalnya hanya ada tim kecil dari redaksi, manajemen, dan tim IT. Dengan adanya jejaring kontributor dari berbagai daerah, NU Online mendapatkan cukup banyak konten.


Dengan begitu, pembaca NU Online pun terus meningkat. Kenaikan pembaca dirasakannya sejak sekitar tahun 2009 dan tahun 2010 mengingat saat itu bermunculan ponsel dari China yang banyak dimiliki warga NU sehingga memudahkan mereka untuk mengakses NU Online.


Peningkatan terbesar, menurutnya, terjadi dalam kurun tahun 2012 dan 2013. Savic menyebut warga muda NU saat itu sudah cukup banyak yang mendapatkan akses internet. Sehingga pada sekitar tahun 2017, NU Online berhasil menjadi situs web keislaman dengan pembaca terbanyak di Indonesia.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad