Surabaya, NU Online
Menulis bukan sekedar hobi, tapi juga merupakan aktualisasi diri, bahkan sebagai salah satu sarana untuk berdakwah. Tak terkecuali menulis status di media sosial (medsos). Demikian diungkapkan anggota DPRD Jawa Timur yang juga Wakil Sekretaris PCNU Jember, Moch. Eksan saat memberikan sambutan dalam penutupan Lomba Menulis Esai bagi Komunitas Baca se-Jawa Timur dan Penyerahan Hadiah Pemenang Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Literasi di lantai 3 Graha Pena, Surabaya, Sabtu (20/10).
Menurutnya, media sosial yang dewasa ini menjadi media mainstream harus direbut dan dimanfaatkan oleh generasi muda untuk hal yang positif, bahkan untuk kepentingan dakwah.
“Ini sekaligus untuk memerangi hoaks yang berseliweran di media sosial,” tukasnya.
Seraya mengutip anjuran Ketua PBNU, Said Aqil Siraj agar seluruh umat Islam dapat berjihad melalui media sosial, Eksan menekankan pentingnya setiap anak bangsa menguasai narasi besar media sosial. Jangan sampai kelompok kecil dari masyarakat justru bebas dan leluasa mengkampanyekan ideologi, kultur dan sosial yang bertentangan dengan arus besar negeri ini.
“Sehingga media sosial menjadi ajang mengkampanyekan ideologi kekerasan, pornografi dan prilaku menyimpang lainnya dalm arus infomasi di media sosial tersebut. Di situlah pentingnya kita terampil dalam menulis,” jelasnya.
Pentolan IPNU Cabang Jember itu menegaskan bahwa Islam sangat menghargai tradisi menulis. Hal ini bisa dilihat dari dawuh Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin bahwa tinta dari pena penulis akan ditimbang di hari kiamat dengan darah dari para syuhada di medan perang. Bahkan Ibnu Qayyim Al-Jauziah menyebut bahwa setetes tinta dari penulis lebih utama daripada setetes darah syuhada.
“Kalau dalam konteks kekinian, ungkapan hikmah tersebut menggariskan keutamaan perang pena dalam media sosial. Betapa pentingnya kita menguasai media sosial dengan menulis, berdakwah dan sebagainya,” urai Eksan.
Ia menambahkan, seluruh umat Islam dan anak bangsa yang menjadikan akun media sosialnya untuk menyebarkan kebaikan dan menolak keburukan adalah “para mujahid” kontemporer yang menjadikan tugas dan fungsinya sebagai cyber army dari Islam dan Indonesia. Pasukan maya tersebut berada di garda terdepan dalam menghadapi islamophobia dan Indonesiaphobia, yang tak menghendaki Islam Indonesia menjadi episentrum peradabaan dunia.
“Mereka-mereka yang menghembuskan Islam dan Indonesia sebagai ancaman, harus kita lawan, salah satunya melaui media sosial,” ungkapnya (Red: Aryudi AR).
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Keutamaan Bulan Muharram dan Amalan Paling Utama di Dalamnya
3
Innalillahi, Buya Bagindo Leter Ulama NU Minang Meninggal Dunia dalam Usia 91 Tahun
4
Waketum PBNU Jelaskan Keistimewaan Belajar di Pesantren dengan Sanad
5
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Hikmah Hijrah Nabi Muhammad kanggo Generasi Milenial lan Z
6
Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik
Terkini
Lihat Semua