Nasional

Lembaga Dakwah PBNU: Islam Nusantara Tak Ganti Bacaan Shalat

NU Online  ·  Sabtu, 20 Oktober 2018 | 10:22 WIB

Lembaga Dakwah PBNU: Islam Nusantara Tak Ganti Bacaan Shalat

Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Maman Imanulhaq Faqih

Jakarta, NU Online 
Masih banyak masyarakat yang belum memahami istilah Islam Nusantara yang dipopulerkan pada Muktamar NU ke-33 di Jombang pada 2015 lalu. Terbaru, seorang Wakil Bupati Aceh Barat H Banta Puteh Syam menolak Islam Nusantara, di antara sebabnya, menurut pemahaman dia, Islam Nusantara mengubah bacaan shalat. 

“Apalagi seperti pemahaman Islam Nusantara yang menurutnya tidak benar apabila mengubah lafadz (bacaan) huruf Qur’an atau bahasa Arab seperti takbir untuk ibadah shalat dan sebagainya karena semua itu sudah ada ketentuan dari Qur’an dan hadist,” tulis Antaranews.com dalam kalimat tidak langsung, Jumat (19/10). 

Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Maman Imanulhaq Faqih membantah pemahaman bupati tersebut. Menurut dia, Islam Nusantara yang dipopulerkan NU tidak seperti itu. Islam Nusantara yang dimaksud NU adalah Ahlussunah wal Jamaah. 

“Kami tegaskan berkali-kali bahwa Islam Nusantara itu bukan mazhab baru, bukan aliran baru, tapi adalah karakteristik yang khas penganut agama Islam di wilayah Nusantara,” tegasnya kepada NU Online ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu (20/10).  

Menurut pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Majalengka ini, penggunaan kata Islam dalam istilah Islam Nusantara di depan merupakan bukti bahwa Islam Nusantara berpegang teguh kepada Islam dengan seluruh perangkat teologis, akidah, ubudiyah, dan ajarannya.

“Tak ada yang diganti sama sekali,” tegasnya.  

Islam Nusantara melaksanakan ibadah seperti yang diajarkan Rasulullah, menjalankan seluruh syariat sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, sahabat, tabiin, atbait tabiin dan ulama.

Sementara Nusantara adalah istilah yang mengacu kepada sebuah kawasan. Di Nusantara, dalam sejarahnya, para kiai, para ulama menyebarkan Islam dengan cara moderat, damai menghargai tradisi. Islam yang menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan yang sangat kuat. 

“Maka sekali lagi, Islam Nusantara bersyahadat, melakukan shalat, puasa, haji, zakat sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Islam Nusantara juga menunjukkan akhlakul karimah. Nilai ihsan kepada sesama manusia, kepada sesama anak bangsa,” jelasnya. 

Salah seorang tokoh NU, KH Ahmad Shiddiq mengembangkan tiga ukhuwah yang menjadi pondasi Islam Nusantara, yaitu ukhuwah islamiyah dengan maksud memperkuat tali persaudaraan sesama umat Islam, ukhuwah wathaniyah, memperkuat persaudaraan sesama anak bangsa, dan ukhuwah basyariyah memperkuat persaudaraan sesama anak manusia. 

“Jadi, kalau ada yang masih salah paham terhadap Islam Nusantara dengan mengatakan mengubah shalatnya dengan bahasa Indonesia itu sebuah pemahaman yang salah. Dan kita harus meluruskan pemahaman itu,” bebernya. 

Jika ada pemahaman yang mengatakan shalat diganti dengan bahasa Indonesia, NU akan menolak itu. Dan jelas itu bukan Islam Nusantara yang dipopulerkan NU. 

Kiai Maman mengajak bagi siapa pun, termasuk Wakil Bupati Aceh Barat untuk tabayun terlebih dahulu kepada pihak NU sebelum menyampaikan pemahamannya di muka publik. Karena pemahaman seperti itu jelas-jelas bukan pemahaman NU. (Abdullah Alawi)