Nasional

Lembaga Falakiyah PBNU: Luruskan Arah Kiblat Sore Ini dan Esok

Rab, 15 Juli 2020 | 03:30 WIB

Lembaga Falakiyah PBNU: Luruskan Arah Kiblat Sore Ini dan Esok

Rashdul Qiblat bisa terjadi karena gerak semu tahunan matahari sebagai imbas perputaran bumi mengelilingi matahari dan kemiringian sumbu rotasi bumi.

Jakarta, NU Online

Peristiwa Matahari berkedudukan di atas Ka'bah atau Rashdul Qiblat akan kembali terjadi pada Rabu (15/7) atau bertepatan dengan 23 Dzulqo'dah 1441 H, pukul 16:26:43 WIB. 


"Ini adalah fenomena tahunan di mana matahari berkedudukan tepat di atas Ka'bah (istiwa' Ka'bah) sehingga bayang-bayang dari benda apapun yang terpasang tegak lurus permukaan air rata-rata dan tersinari cahaya matahari akan tepat berimpit dengan arah kiblat setempat," kata KH Sirril Wafa, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), pada Rabu (15/7).


Dalam teknis falakiyah, mengingat matahari memiliki dimensi-nampak (mar'i) sebesar setengah derajat, maka peristiwa ini sesungguhnya terjadi mulai Selasa hingga Kamis (14-16/7) bertepatan dengan 22-24 Dzulqa'dah 1441 H, pada jam yang sama, yakni pukul 16:26:43 WIB atau dibulatkan menjadi 16:27 WIB.


Pada rentang tanggal tersebut, matahari berkedudukan tepat di atas Ka'bah yang dimulai dari sisi selatan cakramnya yang tepat di atas Ka'bah (di hari pertama), berlanjut dengan bagian tengahnya (di hari kedua) hingga sisi utara cakramnya (di hari ketiga).


Lebih lanjut, Kiai Sirril Wafa menjelaskan bahwa Rashdul Qiblat bisa terjadi karena gerak semu tahunan matahari sebagai imbas perputaran bumi mengelilingi matahari dan kemiringian sumbu rotasi bumi.


Dalam tata koordinat langit, dikenal adanya titik zenith, titik dengan tinggi 90º dari semua arah, untuk suatu lokasi. Apabila bulan dan matahari tepat berada di titik ini, maka sinar yang dipancarkannya akan membuat sebuah benda yang berdiri tegak kehilangan bayang-bayangnya bagi lokasi tersebut.


Sebaliknya di lokasi-lokasi lain yang masih mampu melihat matahari atau bulan pada saat yang sama, maka bayang-bayang benda sejenis akan tepat berimpit dengan arah ke lokasi yang dimaksud tadi.


Gerak semu tahunan matahari terjadi di antara garis lintang 23º 27' LU hingga 23º 27' LS. Sementara Ka'bah berada pada garis lintang 21º 25' LU. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam setahun Miladiyah, terbuka dua kesempatan bagi Matahari untuk berkedudukan di titik zenith Ka'bah, masing-masing pada akhir Mei dan pertengahan Juli.


"Dalam momen itu, setiap bayangan benda tegak di kota Makkah akan menghilang tepat pada jam 12:18 waktu Saudi Arabia untuk Mei dan menghilang tepat jam 12:26 waktu Saudi Arabia untuk Juli," katanya.


Sebaliknya belahan bumi yang sedang tersinari cahaya matahari itu akan mendapati matahari tepat berada di atas Ka'bah sehingga setiap bayang benda yang terpasang tegak lurus akan mengarah ke Ka'bah.


Adapun Rashdul Qiblat ini, menurutnya, dapat disaksikan dari Indonesia bagian barat hingga tengah. Kepulauan Maluku dan Pulau Papua tidak bisa menyaksikan fenomena ini mengingat matahari sudah terlanjur terbenam pada saat itu di tempat-tempat tersebut.


Cara Mengukur Arah Kiblat dengan Istiwa A'dham

Mengukur arah kiblat pada saat Rashdul Qiblat adalah teknik pengukuran yang dipandang paling akurat secara keilmuan. Teknik ini, menurut pandangan para ahli, jauh melebihi akurasi penggunaan GPS ataupun kompas magnetik.


Caranya sederhana, yakni cukup posisikan sebuah benda secara vertikal sehingga tegak lurus dengan permukaan air setempat. Dalam praktiknya digunakan sebuah bandul atau pendulum yang cukup berat dengan tali yang kukuh sehingga stabil saat kena getaran atau hembusan angin.


Pada 15 dan 16 Juli 2020 pukul 16:27 WIB, biarkan bandul berada di bawah paparan sinar Matahari. Lantas, bayangan tali bandul di dua titik berbeda. Kemudian, tarik garis lurus di antara dua titik itu dan posisikan menghadap ke matahari, maka pada dasarnya kita sudah menghadap kiblat dengan akurasi sangat tinggi.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Alhafiz Kurniawan