Nasional LITERASI DIGITAL

Literasi Digital Berperan Penting Hadapi Hoaks dan Salah Paham

Sen, 18 Juli 2022 | 15:00 WIB

Jakarta, NU Online
Kepala Information Technology (IT) Pondok Pesantren Al Haromain Muara Enim, Sumatera Selatan, Yasser Azka Ulil Albab menyampaikan, peran penting literasi digital adalah untuk memudahkan masyarakat meluruskan kesalahpahaman  dalam mengakses berbagai informasi melalui platform media sosial.

 

“Di dunia digital beragam informasi bercampur dan tersebar ke publik sehingga diperlukan keterampilan dan kejelian untuk bisa memilah dan memilihnya secara tepat dan efektif. Karenanya literasi digital masyarakat menjadi penting di era digitalisasi ini,” terang Yasser, Senin (18/7/22).

 

Dalam kegiatan Literasi Digital Kolaborasi RMI PBNU dan Kominfo bertajuk Aktualisasi Santri dalam Menyongsong Literasi Digital ini, Yasser juga mengatakan, pada era digitalisasi berbagai informasi sangat mudah diproduksi dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan, terlepas dari latar belakang agama, sosial, ekonomi, politik, dan berbagai aspek lainnya.

 

Fenomena banyaknya masyarakat yang terpapar informasi palsu (hoaks) di era digital ini tentunya memerlukan kesadaran dari masyarakat sendiri. Salah satu hal terpenting dalam menghadapi peredaran hoaks di era post-truth adalah meningkatkan literasi digital.

 

“Nah, literasi digital harapannya adalah kita (masyarakat) membuka diri dan memahami setiap pendapat yang berbeda dengan pikiran yang jernih,” katanya.

 

Bahkan, jelas dia, pembahasan tentang pentingnya literasi digital yang marak di dunia digitalisasi saat ini banyak ditemukan dalam perspektif ajaran Islam. Dalam menerima informasi, umat Islam dianjurkan agar tidak serta merta menelan mentah-mentah informasi tersebut tanpa melakukan terlebih dahulu tabayyun atau klarifikasi terhadap informasi terkait.

 

“Klarifikasi itu untuk mengontrol pola pikir kita agar tidak terjebak oleh informasi-informasi yang berseliweran di media digital, seperti pinjol. Banyak korban pinjol karena tidak jeli dalam membaca data atau informasi yang tertera. Sehingga dampaknya merugikan,” jelas pendidik yang juga berprofesi sebagai IT Developer itu.

 

Tak hanya itu, menurut Yasser, hadirnya teknologi digital juga membawa dampak pada pola pendidikan pesantren dan pola relasi antara pesantren dan masyarakat. Selain alasan efisiensi dalam belajar, akses informasi yang lebih luas, dunia digital memang menjadi sarana baru dalam memperoleh dan menyampaikan ide gagasan dan pendapat keagamaan.

 

“Tapi, tidak sedikit juga yang mengantisipasi hadirnya media di pesantren karena media digital juga memiliki dampak negatif. Di antaranya adalah mempengaruhi pola interaksi dan belajar para santri yang berdampak pada hilangnya sopan santun murid terhadap gurunya,” tutur dia.

 

Pengaruh lainnya, tambah dia, hilangnya tradisi muwajjahah (tatap muka) dalam belajar, tradisi istimbat (mencari referensi) lewat kitab-kitab turast akan digantikan dengan tradisi googling dan face to screen atau tradisi tatap layar. Untuk mengimbanginya yaitu dengan menggalakkan literasi digital kepada para santri.

 

“Dampak negatif ini bisa diminimalisir dengan adanya kemampuan literasi digital,” tandasnya.

 

Sebagai informasi, program Literasi Digital ini merupakan kerja sama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

 

Program tersebut bakal digelar dari Juli hingga Oktober 2022 dan disukseskan oleh lima lembaga NU antara lain Lakpesdam NU, LTNNU, LDNU, serta RMI NU, dan LP Ma’arif NU.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi