Nasional

LPBI PBNU Latih Guru SMK Ma'arif Kelola Sampah Berbasis Spiritual Ekologis

NU Online  ·  Selasa, 24 Juni 2025 | 23:00 WIB

LPBI PBNU Latih Guru SMK Ma'arif Kelola Sampah Berbasis Spiritual Ekologis

Pelatihan pengelolaan sampah berbasis spiritual ekologis yang diselenggarakan LPBI PBNU untuk guru-guru LP Maarif (Foto: Rikhul Jannah/NU Online) 

Jakarta, NU Online
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melatih puluhan guru SMK Ma’arif NU Jakarta dalam pengelolaan sampah berbasis spiritual ekologis. 


Sekretaris LPBI NU Halik Rumkel menyampaikan kegiatan ini merupakan implementasi program dari Bank Sampah Nusantara (BSN) LPBI PBNU yang mengusung tema Training of Facilitator Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologi. Tujuannya adalah untuk menciptakan trainer di tingkat sekolah.


“Guru-guru mempunyai pengetahuan yang cukup terkait dengan penanganan sampah di sekolah. Dari ToF ini, penanganan sampah dan pengolahan sampah di lingkungan sekolah menjadi lebih baik,” ujar Halik di Pusdiklat LP Ma’arif NU, Grogol, Jakarta Barat, Selasa (24/6/2025).


Ia menyampaikan bahwa melalui pelatihan ini, ikhtiar mengurangi jumlah sampah di Indonesia bisa lebih tertangani dengan efektif.


“Karena sampah yang terbesar itu kan rumah tangga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Di Jakarta produksi sampah per hari kurang lebih 8 ribu ton dan sekitar 14 persen sampah plastik. Itu menjadi tidak hanya PR pemerintah, tetapi semua,” katanya.


Halik berharap melalui pelatihan ini sekolah dan madrasah semakin peduli dalam menjaga lingkungan dengan tetap mengedepankan nilai-nilai keagamaan.


“Kita berharap sekolah, madrasah, atau siswa peduli terhadap lingkungan. Insya Allah ke depan kita akan kembangkan lagi bukan hanya di Jakarta, tetapi di daerah-daerah yang lain. Kami dari LPBI dan BSN yang diberi kewenangan dan tanggung jawab dari PBNU untuk mengurusi lingkungan termasuk pengolahan sampah di dalamnya,” ujarnya.


Sementara itu, Marsin, pengajar dalam pelatihan tersebut menyampaikan bahwa peserta sangat antusias selama mengikut kegiatan ini.


“Melihat dari interaksi antara para peserta ini waktu diskusi kelompok, waktu memberikan masukan, pendapat tentang praktik-praktik apa yang sudah dilakukan di sekolahan ini terutama terkait dengan pengolahan sampah yang berbasis spiritual ekologi,” ucapnya.


Marsin menyampaikan bahwa materi yang diberikan mencakup pendalaman pengelolaan sampah di lingkungan sekolah dengan mengedepankan prinsip-prinsip spiritual.


“Pelatihan ini tentu tidak terlepas dari spiritual ekologi baik secara teknis maupun secara teori,” katanya.


Ia berharap setelah pelatihan ini, para guru dapat mengedukasi dan mengimplementasikan praktik-praktik tersebut bersama siswa-siswanya.


“Bapak, ibu, peserta ini apa yang diterima di sini, secara besar ada nilai-nilai dalam lingkup pengelolaan sampah. Contoh anak-anak diajak membawa tumbler, membawa alat makan sendiri tentunya tidak membawa air minum kemasan. Itulah praktik-praktik kecil yang bisa dilakukan secara rutin,” ujarnya.


Senada dengan dia, Guru SMK Ma’arif NU Jakarta, Omah Mukaromah menyampaikan bahwa setelah mengikuti pelatihan ini, pihaknya akan mensosialisasikan dan menerapkan pengelolaan sampah berbasis ekologi di sekolah.


“Bisa dikembangkan dengan cara memisahkan sampah organik dan nonorganik dan diedukasi bahwasanya pengelolaan sampah itu sangat penting, anak-anak bisa diwajibkan untuk membawa tumbler atau alat makan dari rumah masing-masing, jadi mengurangi sampah plastik,” ujarnya.


Mukaromah berharap program ini terus berlanjut dan cakupannya diperluas hingga ke lingkungan masyarakat.


“Bukan hanya di lingkungan sekolah tapi juga di lingkungan masyarakat. Harapan ketika sudah disosialisasikan kepada siswa, bisa dipraktikkan secara langsung dan menjadi kebiasaan mereka juga,” pungkasnya.