Nasional

Lukisan Karya Gus Mus Warnai Pameran Rakornas Lesbumi NU

Rab, 3 Juli 2019 | 12:00 WIB

Lukisan Karya Gus Mus Warnai Pameran Rakornas Lesbumi NU

Pameran lukisan warnai Rakornas Lesbumi NU di Pasuruan, 3-5 Juli 2019.

Pasuruan, NU Online
Pameran seni rupa, instalasi, naskah kuno, pusaka dan topeng menjadi bagian dari kegiatan pemeran Rakornas ketiga Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia Nahdhatul Ulama (Lesbumi NU) di Taman Candra Wilwatikta Pasuruan, Jawa Timur, Rabu-Jumat, 3-5 Juli 2019.

Pembukaan pameran dilakukan oleh Ketua Lesbumi PBNU, Kiai Ngabehi Agus Sunyoto dengan didampingi seluruh pengurus Lesbumi NU se-Indonesia, Rabu (3/7).

Untuk pameran seni rupa yang dipamerkan sebanyak sebanyak 44 lukisan, 3 patung, dan 1 seni instalasi oleh puluhan seniman Lesbumi NU. Sedangkan naskah-naskah kuno merupakan koleksi anggota Lesbumi NU yang mengedepankan pelestarian. 

Yang menarik untuk pemeran seni rupa terdapat salah satu lukisan karya KH Musthofa Bisri (Gus Mus) dan KH  Zawawi Imron. Keduanya merupakan maestro yang sangat dikenal di bangsa Indonesia.

Demikian juga pemeran keris dan topeng merupakan koleksi anggota Lesbumi NU masing-masing sebanyak 57. Angka 57 ini menggambarkan usia Lesbumi NU di tahun 2019 ini.

"Lesbumi NU merupakan lembaga yang berada di bawah naungan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama yang bergerak untuk melestarikan seni dan budaya. Semua potensi dan sisi pelestarian kita pamerkan mulai tanggal 3-5 juli 2019 di Gedung Candra Wilwatikta Kabupaten Pasuruan," kata Ketua Panitia Rakornas Yul Ardhiantono atau yang lebih akrab dipanggil Ki Ardi.

Pada kesempatan peresmian pameran  Ketua PB Lesbumi NU, Kiai Ngabehi Agus Sunyoto menyampaikan bahwa Lesbumi NU tidak hanya mengembangkan dan merawat seni dan budaya, tapi juga dengan tegas akan melakukan perlindungan, pengawalan, bahkan tindakan perlawanan terhadap gerakan-gerakan antiseni dan budaya.

Ditambahkan, sejarah yang melatar belakangi berdiri serta bangkit kembalinya Lesbumi NU tak terlepas dari perkembangan kebudayaan Nusantara dan dinamika Islam itu sendiri.

Lesbumi NU, kata Ki Agus Sunyoto, tak dapat lagi semata-mata dipandang dan terlebih memandang dirinya sebagai entitas yang mengurus dan merepresentasi kesenaan bernuansa ‘islami’ saja. Tapi lebih jauh dari itu memberi arah bagi isi dan rumusan strategis kebudayaan yang jelas berdasarkan pada tradisi intelektual khas pesantren.

"Yang menjunjung tinggi independensi, prinsip juang, keilmuan, keislaman, dan kebangsaan dalam rangka memperkuat akar tradisi dan budaya, baik dalam tubuh NU sendiri maupun perannya dalam ikut membangun peradaban Nusantara,” ungkap Kiai Agus

Rakornas ketiga Lesbumi NU diikuti perwakilan dari pengurus Lesbumi NU di tingkat PW dan PC seluruh Indonesia (Red: Kendi Setiawan)