Nasional

Maarif NU: Pembelajaran Tatap Muka Harus Kedepankan Protokol Kesehatan

Ahad, 11 April 2021 | 00:00 WIB

Maarif NU: Pembelajaran Tatap Muka Harus Kedepankan Protokol Kesehatan

Seorang siswa belajr online di era pandemi. Di Indonesia, pembelajaran online mengalami beberapa hambatan seperti ketiadaan gawai dan susah sinyal.

Jakarta, NU Online
Ketua LP Ma'arif PBNU H Zainal Arifin Junaidi mengatakan di masa pandem ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) telah menuntut adanya penyesuaian kurikulum, pembiayaan sekolah, dukungan sarana virtual dan terutama penyesuaian dengan protokol kesehatan dalam proses PTM (Pembelajaran Tatap Muka) di madrasah/sekolah.

 

Menurutnya, semua itu harus berjalan seimbang dengan karakter atau akhlak, dengan mengambil kaidah ushul fiqh yang prisipnya al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni atau memelihara yang lama yang baik dan mengambil sesuatu yang baru yang lebih baik. Karena itu, sistem tatap muka baik dan (PJJ) sesuatu yang baru juga baik dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang.

 

"Kemudian kaidah usul fiqih Dar’ul mafaasid muqaddamun alaa jalbil mashaalih, yang maknanya mencegah kemudaratan lebih utama dibanding menarik kemanfaatan/kebaikan. Jadi  proses pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini harus mengedepankan keselamatan, keamanan dan kesehatan warga satuan pendidikan," kata Kiai Arjun, sapaan akrabnya dalam webinar Persiapan Pembelajaran Tatap Muka dan Perlindungan Anak di Masa Pandemi, Sabtu (10/4).

 

Ia juga menyampaikan di era pandemi Covid-19 berbagai permasalahan dihadapi dalam proses pembelajaran di madrasah/sekolah, utamanya dalam PJJ/daring; kesiapan pemerintah, masyarakat dan bahkan masyarakat dunia tergagap dibuatnya. Belum lagi persoalan kesiapan jaringan hal ini paling terasa dialami oleh kita semua, termasuk kesiapan satuan pendidikan, baik guru, murid serta semakin bertumpuknya berbagai tugas. Demikian pula dengan ketiadaan gawai yang mamadai dan dapat menunjang pembelajaran daring.

 

"Ditambah lagi dengan permasalahan ikutan lainnya, seperti banyaknya anak-anak didik keluyuran ke mana-mana dan susah di kontrol, serta banyak anak-anak didik yang kecanduan main game online, serta terjadinya kekerasan terhadap anak karena orang tua tidak menguasai konten pembelajaran, terjadi stres pada guru atau orang tua murid karena kondisi ini, bahkan dalam realiasnya banyak juga anak-anak didik mengalami kekerasan," katanya menyebutkan sejumlah persoalan karena pembelajaran daring.

 

Karena itu ia menyampaikan, satuan pendidikan di bawah naungan LP Ma’arif NU dalam proses pembelajaran tatap muka. Poin-poin kesiapan ini juga, ujar dia, telah disampaikan kepada pemerintah sebelum SKB tiga menteri ditandatangani.

 

LP Ma’arif NU PBNU saat dimintai pandangan terkait SKB tiga menteri tersebut, merekomendasikan (1) Penerapan Protokol kesehatan Covid-19 dengan ketat dan pengawasan simultan, (2) Koordinasi antarinstansi pemerintah supaya kebijakan sinkron, (3) Pembukaan KBM Tatap Muka Terbatas di zona hijau, (4) Realokasi APBN dan APBD untuk menunjang infrastruktur seluruh satuan pendidikan, (5) Disediakan anggaran untuk peningkatan kapasitas guru, (6) Pemerintah  memberikan fasilitas dan dukungan kepada manajemen satpen, (7) Dalam menetapkan kebijakan pemerintah melibatkan lembaga pendidikan swasta, (8)  Pemerintah memberikan insentif finansial kepada tendik swasta, (9) Pemerintah memberikan dukungan pembiayaan untuk pelaksaaan protokol Covid-19 di satpen.

 

Menghadapi proses pembelajaran tatap muka, Kiai Arjuna mengusulkan agar semua tenaga didik dan kependidikan telah divaksinasi dan protokol kesehatan harus diterapkan dengan ketat, kemudian diterapkan sistem rotasi masuk sekolah.

 

"Pelaksanaan PTM secara bertahap tidak serentak serta ketuntasan kurikulum tidak dipaksakan dan ada afirmasi pemerintah terhadap satuan pendidikan negeri dan swasta dengan sarana prasaran protokol kesehatan," imbuhnya.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan