Nasional

Mahbub Djunaidi, Puisi, dan Musik

NU Online  ·  Sabtu, 20 Oktober 2018 | 04:30 WIB

Mahbub Djunaidi, Puisi, dan Musik

Foto: Omah Aksoro

Jakarta, NU Online
Sikap kritis yang disampaikan secara cerdas dan jenaka tidak lepas dari karakter H. Mahbub Djunaidi, sang guru kader, wartawan, pendekar pena, penulis andal, aktivis, politikus, dan Ketua PBNU. Pemikiran dan kegelisahan sosial Mahbub terabadikan lewat esai, novel, puisi, catatan-catatan kritis, dan humor-humor cerdas.

Karakter-karakter itulah yang berusaha dihadirkan oleh Komunitas Literasi Omah Aksoro gawangan Esais Fariz Alniezar dan Pengurus Komisariat PMII Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta dalam Malam Puisi, Jumat (19/10) memperingati Haul ke-23 Mahbub Djunaidi di Kampus UNUSIA.

“Kami ingin bukan saja mengenang, namun juga meneladani perjuangan Mahbub Djunaidi dalam konteks luas, baik Mahbub sebagai sastrawan, tokoh pergerakan, kolumnis, maupun sebagai politikus,” jelas Fariz kepada NU Online, Sabtu (20/10).


Pemimpin Omah Aksoro Fariz Alniezar. (Foto: Omah Aksoro)

Menurut Fariz, Mahbub Djunaidi mengajarkan kepada generasi muda bahwa perlawanan dan kritik harus disampaikan dengan cara yang kreatif. Tentu saja media yang paling efektif untuk menyuarakannya adalah melalui tulisan.

“Generasi hari ini harus mengambil pelajaran dari Mahbub Djunaidi, bagaimana mengemas kritik dalam bentuk tulisan,” ucap kandidat Doktor Linguistik UGM Yogyakarta ini.

Fariz menerangkan, Mahbub Djunaidi adalah penulis yang generalis. Dia menembus sekat-sekat disiplin keilmuan. Perhatiannya sangat luas. Dalam menulis, Mahbub sering kali menggunakan metafora-metafora  yang dipinjam salah satu dari ilmu Musik. 

“Jadi, Mahbub dengan Musik itu dua sisi mata uang. Tulisan Mahbub adalah “musik” itu sendiri,” ujarnya.


Foto: Omah Aksoro

Mahbub tentu saja tidak terlepas dari sastrawan yang menuangkan kegelisahannya lewat puisi. Syairnya menggelitik, kontekstual terhadap fenomena sosial dan politik, tak jarang menyentak siapa pun yang membacanya.

“Mahbub adalah puisi yang tak terprosakan,” ungkap Fariz menggambarkan sosok Mahbub yang bahkan tidak cukup hanya diterjemahkan dari segala sisi, tetapi banyak sisi.

Acara Malam Puisi tersebut dimeriahkan sejumlah musisi kondang tanah air di antaranya Grup Band Marjinal, Beben Jazz, Dik Doang, Komunitas Jazz Kemayoran, Are U Alone, Ulil Abshar Abdalla, dan sejumlah penyair dari Ibu Kota.

Ulil Abshar Abdalla membacakan Manakib Mahbub bertajuk Mahbub Djunaidi: Sang Pena Perlawanan cum Grosir Dagelan.

Kegiatan tersebut tidak lupa diisi dengan lantunan doa dan tahlil untuk Mahbub Djunaidi. Sejumlah aktivis hadir, begitu juga dengan pihak keluarga Mahbub. (Fathoni)