Nasional

Manuskrip Rempah Nusantara Bakal Dipamerkan di Simposium Internasional

Kam, 22 Juli 2021 | 11:00 WIB

Manuskrip Rempah Nusantara Bakal Dipamerkan di Simposium Internasional

Pameran dan Simposium Internasional Kosmopolitanisme Islam Nusantara

Jakarta, NU Online
Indonesia merupakan negeri kaya akan rempah-rempahnya yang diminati dan dinikmati bangsa-bangsa lain sejak sebelum masa kolonial. Hal ini terbukti dengan banyaknya catatan mengenai hal tersebut dalam beragam manuskrip di berbagai belahan dunia.


Manuskrip-manuskrip tersebut akan dipamerkan pada gelaran Simposium Internasional yang diselenggarakan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 30-31 Agustus 2021 mendatang.


Pengajar Fakultas Islam Nusantara Unusia Ahmad Ginanjar Sya’ban mengungkapkan bahwa Unusia memiliki bahan pameran berupa narasi teks klasik masa silam dari catatan sejarahwan, geografer, dokter, dari Timur Tengah.


Dalam naskah tersebut, ia menyebutkan terdapat keberadaan Kerajaan Sriwijaya, rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang di Tiimur Tengah, kontak hubungan dagang Sriwijaya dan Abbasiyah, hingga rempah Nusantara dalam buku farmasi dan kedokteran yang ada di Timur Tengah. Tidak saja berbentuk teks-teks, manuskrip itu juga memuat berbagai gambar sebagai ilustrasi.


"Di antara manuskrip bergambar itu ada ilustrasi beberapa pohon komoditas rempah, pohon pala, lada, cengkeh. Ada fauna dan kartografi atau pulau-pulau yang digambarkan sebagai pulau di Nusantara," katanya pada Peluncuran Simposium Internasional Kosmopolitanisme Islam Nusantara pada Kamis (22/7).


Ia menyampaikan bahwa sumber sejarah Jalur Rempah di Indonesia baru berbicara pada masa kolonialisme. Jika pun terdapat sumber yang menyebut sebelum era itu, berdasarkan Marcopolo. "Pada masa sebelumnya, abad 9 sampai 15 juga ada banyak yang belum tergali," katanya.


Fakultas Islam Nusantara berupaya bisa mendapatkan sumber tersebut, mengkajinya, meramu sebagai bahan pameran yang nanti dipamerkan secara virtual pada acara Simposium di bulan Agustus nanti.


Pakar Filologi Islam Nusantara itu menjelaskan bahwa ada satu buku kuliner yang disusun pada tahun 1239, hanya beberapa tahun sebelum jatuhnya Baghdad diserang Mongol. Di Nusantara, saat itu berada pada era Kerajaan Singasari, belum Majapahit.


Kitab tersebut berjudul Kitabut Thabikh karya Muhammad Hasan al-Baghdadi. Dalam kitab itu, terdapat banyak rempah Nusantara yang dijadikan bahan masakan di masa Abbasiyah. Ia mencontohkan satu masakan bernama Hamadiyah. Masakan daging itu ditaburi rempah berupa jahe, lada, cengkih, hingga kayu manis.


Lebih lanjut, Ginanjar menjelaskan bahwa Rempah Nusantara juga menjadi bahan parfum, seperti dari cengkih. Dalam satu kitab dijelaskan secara rinci mengenai takaran hingga teknik pembuatannya. Parfum dari Cengkih pun dibandingkan dengan Sari Bunga Mawar.


Tidak hanya masakan dan parfum, rempah Nusantara juga dijadikan bahan obat-obatan. Ada satu kitab berjudul Aqrabadin Madinah al-Salam (Resep Obat-obatan Kota kedamaian(Baghdad)) yang ditulis oleh seorang dokter beragama Kristen, yakni Ibnu Tilmidz.


Dalam kitab tersebut, ia menyebutkan ada resep vitalitas seksual bisa menjadikan laki-laki ereksi sejak setelah Isya sampai sebelum Subuh.


Ada pula kitab Ensiklopedi pengobatan terlengkap masa sebelum kolonial, yakni al-Jami’il Mufradat al-udwiyyah wal al-Ughdiyah karya Ibn al-Baythar. Di kitab tersebut dijelaskan secara rinci mengenai bentuk pohon cengkih hingga cara memanennya. Kitab ini, menurutnya, belum ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Karenanya, perlu dilakukan suntingan terhadap teks tua ini, lalu dianotasi, kemudian diterjemahkan.


"Itu di antara beberapa bahan-bahan pameran kita berupa manuskrip, kutipannya, dan juga foto fisiknya terkait komoditas rempah Nusantara dan penggunaannya pada masa prakolonial," pungkasnya.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin