Nasional SIMPOSIUM ISLAM NUSANTARA

Masa Depan Islam Ada di Indonesia

Sab, 8 Februari 2020 | 10:15 WIB

Masa Depan Islam Ada di Indonesia

Pleno Simposium Nasional Islam Nusantara, Sabtu (8/2) di Gedung PBNU Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra dalam Simposium Nasional Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Sabtu (8/2) menyatakan bahwa masa depan Islam itu adalah Islam Indonesia.

"Sebab Islam di Indonesia itu Islam wasathiyah, seperti dalam al Qur'an wa ja'alnakum ummatan wasatha, dan Islam wasathiyah hanya ada di Indonesia," papar Azyumardi di Gedung PBNU, Jakarta (8/2).

Bahkan, lanjutnya, negara-negara lain yang mencoba menerapkan konsep Islam wasathiyah ini sulit berhasil, seperti yang mencoba diterapkan Muhammad bin Salman di Arab Saudi, juga konsep wasathiyah yang mencoba ingin diterapkan di Qatar.

“Hal itu terjadi sebab antara budaya dan Islam tidak compatible, tidak terjadi mutual accommodation seperti yang terjadi di Indonesia. Maka sulit untuk berkembang," jelasnya.

Menurutnya, bagian terbesar dari ummatan wasathan ini ada dalam Islam Nusantara. Di mana dilihat dari sudut kulturnya didominasi oleh NU atau sayap kecil yang lain adalah seperti Islam berkemajuan yang digagas oleh Muhammadiyah. 

Dalam sejarahnya Islam Nusantara mewariskan secara keseluruhan yang pertama terciptanya ukhuwah Islamiyah. Meski budaya di Indonesia berbeda-beda, tetapi ketika dihadapkan dengan Islam semua masyarakat menjadi bersatu.

"Bayangkan di Indonesia ini terdapat berapa suku? tapi dalam sejarahnya tidak ada yang bertentangan, perang saudara yang berkepanjangan," tegasnya.

Tradisi damai ini yang menurut Azra adalah salah satu warisan kekayaan Islam yang ada di Indonesia yang harus terus dijaga, dikembangkan dan diperkuat. 

Ia juga menambahkan dengan budaya Islam Nusantara, Islam di Indonesia ini tidak cocok bagi tumbuh kembangnya paham-paham radikalisme. Sebab Islam Indonesia itu akomodatif dan fleksibel.
 
Tetapi tetap saja kelompok-kelompok radikal itu harus diantisipasi dengan lebih giat mendakwahkan Islam Nusantara atau Islam wasathiyah secara umum.

Azyumardi Azra memaparkan materi tersebut dalam Sidang Pleno yang juga diisi oleh Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj, Susanto Zuhdi, KH Agus Sunyoto, KH Yahya Cholil Staquf, Ahmad Suaedy, dan Fachry Ali.

Kontributor: Nuri Farikhatin
Editor: Fathoni Ahmad