Nasional

Masjid Lautze 2 Bandung Meriahkan Kebinekaan Imlek dengan Hidangan Lontong Cap Go Meh

Jum, 9 Februari 2024 | 20:00 WIB

Masjid Lautze 2 Bandung Meriahkan Kebinekaan Imlek dengan Hidangan Lontong Cap Go Meh

Masjid Lautze 2 Bandung, Jawa Barat. (Foto: NU Online/Nuriel Shiami Indiraphasa)

Jakarta, NU Online

Masjid Lautze 2 yang terletak di Jalan Tamblong Nomor 27, Kota Bandung, Jawa Barat memancarkan nuansa Tionghoa yang kental. Berbeda dari masjid pada umumnya, masjid yang satu ini memiliki desain bangunan yang kental dengan arsitektur khas Tionghoa.


Meskipun begitu, pengurus masjid menegaskan bahwa masjid ini tidak mengadakan perayaan khusus untuk Imlek.


Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Lautze 2 Bandung, Rahmat Nugraha, menjelaskan bahwa meskipun tidak merayakan Imlek secara khusus, pengurus masjid tetap memberikan perhatian pada hari yang istimewa ini.


Pengurus masjid mengadakan pengajian rutin seperti biasa dan juga untuk meramaikan perayaan, biasanya masjid menyediakan hidangan makanan seperti lontong Cap Go Meh.

 
“Nggak ada (perayaan). Kita ikut meramaikan seperti nanti makan dengan istilah makan Lontong Cap Go Meh,” kata pria yang karib disapa Koko Rahmat itu kepada NU Online, Jumat (9/2/2024).


Meskipun tidak merayakan secara khusus, Imlek tetap menjadi perayaan yang sangat berarti bagi seluruh etnis Tionghoa di seluruh dunia. Di Masjid Lautze 2, perayaan Imlek juga menjadi ajang silaturahmi bagi para kaum Muslim Tionghoa di mana mereka berkumpul untuk dan memperkuat hubungan kekeluargaan.


“Pada momen makan siang itu, kita suka menyediakan lontong cap go meh,” tuturnya.


Seperti diketahui, masjid yang berada di area pertokoan ini sekilas tak tampak seperti masjid pada umumnya. Di bagian depan masjid, corak budaya Tionghoa begitu lekat dengan hiasan lampion merah berderet rapi menyambut para jamaah. Partisi khas ornamen Tionghoa berwarna merah dan kuning juga melengkapi area bagian pintu masuk.


Sejarah pendirian Masjid Lautze 2 sendiri tidak terlepas dari Masjid Lautze 1 di Jakarta, yang didirikan pada tahun 1991 oleh Yayasan Haji Karim Oei.
 

Sejak pendiriannya di tahun 1997 hingga 2016, masjid ini beroperasi dengan waktu yang sangat terbatas. Masjid terbuka di waktu shalat dzuhur dan ashar. Namun, di tahun 2017 masjid yang awalnya berukuran 6x9 meter itu terbuka 24 jam sehari.

 
Terletak lokasi yang strategis di pusat kota Bandung, masjid ini tidak memandang suku, ras, atau agama. Selain menerima wakaf dari kalangan Muslim, mereka juga menerima sumbangan dari kalangan non-Muslim, seperti Yayasan Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), dan lainnya.


Selain itu, keberagaman juga tercermin dalam arsitektur bangunan, yang merupakan perpaduan antara gaya Timur Tengah dan Tiongkok. Ornamen bangunan didominasi warna merah dan kuning. 


Salah satu kegiatan unggulan Masjid Lautze 2 adalah program Mualaf Care. Sejak tahun 2017 hingga Desember 2023, Masjid Lautze 2 berhasil membina lebih dari 259 saudara mualaf. Masjid Lautze 2 memberikan pembinaan intensif kepada saudara mualaf setiap pekannya.