Nasional

Masyarakat Perlu Cegah Youtuber Prank

Kam, 7 Mei 2020 | 16:15 WIB

Masyarakat Perlu Cegah Youtuber Prank

Orang tua atau masyarakat harus mendorong empati pelaku untuk menyayangi orang lain dan menjadi bagian dirinya. (Ilustrasi)

Jakarta, NU Online
Konsistensi para youtuber memproduksi konten video pantas diakui sebagai salah satu bentuk kreativitas. Hal itu akan membahagiakan lagi jika video-video yang dipublikasi di youtube menghasilkan pendapatan uang dari iklan yang masuk.

Sayangnya, banyak youtuber yang 'terjebak' dan hanya mengejar viral dengan konten prank (gurauan). Prank-prank tersebut jika sampai merugikan pihak lain, tentu akan menjadi masalah.

Seperti pada dua kasus yang terjadi belum lama ini di mana youtuber Hasan yang nge-prank akan memberikan iming-iming sepuluh juta rupiah bagi orang yang membatalkan puasa dan prank memberi bantuan makanan di dalam kardus yang ternyata isinya sampah kepada transpuan oleh Ferdian. 

Dosen Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Rakimin mengatakan perilaku para youtuber yang demikian harus dicegah oleh masyarakat. Orang tua para pelaku dalam hal ini sangat berperan dalam memberikan pendidikan dan pengawasan.
 
Beberapa hal dapat dilakukan oleh orang tua maupun masyarakat untuk mendidik para pelaku. "Seperti memberikan sanksi atau hukuman agar mendapatkan efek jera dari prankster yang terbukti merugikan orang lain," kata Rakimin, Rabu (6/5). 

Orang tua juga harus memberikan edukasi larangan perilaku prank melalui konten agama dan norma susila. Orang tua atau masyarakat harus mendorong empati pelaku untuk menyayangi orang lain dan menjadi bagian dirinya.
 
Langkah lainnya meminta bantuan kepada pihak-pihak terkait seperti keluarga, pihak sekolah, teman atau justru dari pihak korban agar pelaku menghentikan perilaku prank dan tidak mengulanginya. 
 
"Orang tua Jangan menyerah, karena orang tua adalah sosok yang paling berpengaruh dalam kehidupan anak. Ketika anak masih suka mengganggu orang lain dengan prank terlarang misalnya, orang tua harus gigih mencari bantuan dan terus berusaha. Apa pun ceritanya anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tua," imbuh Rakimin.

Menurutnya, pada umumnya konten ekstrem di medsos akan viral dan mengundang penonton atau followers yang banyak. Begitu juga video prank seperti pada kasus di atas yang menghasilkan ribuan penonton dalam sekejap. Karena itu, ada benarnya bahwa banyaknya penonton konten-konten prank, adalah karena kebiasaan masyarakat yang tetap menonton padahal sudah jelas video prank tidak baik.
 
Fenomena video prank yang viral dapat dipahami suatau gambaran atau realitas (reality show) dalam dunia medsos. Namun demikian kita tidak bisa menyalahkan masyarakat penonton.
 
"Selain medsos adalah ruang publik yang terbuka, masyarakat  penonton harus juga menunjukkan nalar kritis dan rasa ingin tahu yang sebenarnya," ungkapnya.

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad