Nasional

Menggerakkan 'Teacherpreneur' di Tengah Covid-19

Ahad, 3 Mei 2020 | 16:45 WIB

Menggerakkan 'Teacherpreneur' di Tengah Covid-19

Sampul buku 'Gerakan Teacherpreneur'.

Jakarta, NU Online
Banyaknya negara di dunia yang terdampak Covid-19 bisa jadi adalah tanda bahwa virus tersebut ujian terberat masyarakat saat ini. Di Indonesia sendiri, pandemi Covid-19 sangat berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama sosial, ekonomi, dan pendidikan.
 
Namun dalam situasi demikian, masyarakat tak boleh putus asa. Semangat bersatu dan menyelesaikan persoalan bersama, harus diwujudkan agar bangsa Indonesia berhasil keluar dari kesulitan ini.
 
Sekretaris Tim Gerakan Teacherpreneur Pergunu, Heri Koswara mengatakan Pergunu sebagai organisasi profesi yang mewadahi guru, ustadz, dan dosen di lingkungan NU memiliki tagline 'Guru Mulia, Pemersatu Bangsa'. Pergunu menjadi salah satu garda terdepan dalam turut terjun peduli, memberikan berbagai solusi untuk anak negeri, khususnya para guru.
 
"Setidaknya, sudah lebih dari satu tahun, Pergunu sangat massif dan efektif melaksanakan Gerakan Teacherpreneur. Gerakan Teacherpreneur adalah sebuah gerakan entrepreneurship, intrapreneurship, dan entrepreneurial bagi guru," kata Heri, Ahad (3/5).
 
Semangat diberikan melalui berbagai seminar, halaqah, pelatihan, workshop, dan internship dengan berbagai inkubator bisnis. Gerakan dicetuskan oleh para kader muda Pergunu. Selain Heri sendiri ada Gus Habib (Habibur Rochman), Mas Ilyas (Ilyas Indra), Aris Adi Leksono, Syafi’i Effendi.
 
Kelahiran Gerakan Teacherpreneur Pergunu, kata Heri, termotivasi dan terinspirasi oleh tokoh dan para pimpinan Pergunu yakni Kiai As’ad (As'ad Said Ali) dan Kiai Asep (KH Asep Saeffudin Chalim) sebagai Ketua Dewan Pembina dan Ketua Umum Pergunu. "Beliau-beliau ini selain ulama besar, juga teacherpreneur, edupreneur, sekaligus seorang intrapreneur yang hebat dan sukses," sambung Heri Kuswara.
 
Semangat itulah yang terus digerakkan oleh Pergunu, termasuk di tengah adanya pandemi Covid-19. Dalam kurun waktu satu bulan, Pergunu melahirkan sebuah karya yaitu buku Gerakan Teacherpreneur.
 
"Buku Gerakan Teacherpreneur ini berisi tentang bagaimana seorang pendidik cerdas dan sukses menjadi seorang Motivator, Inspritator, Kreator, Inovator dan Reformator (MIKIR) dan mampu memberikan teladan soft skill kepada peserta didik dan masyarakat. Itulah sesungguhnya seorang teacherpreneur," ungkapnya.
 
Selain itu, buku ini juga  dilengkapi dengan ulasan bagaimana seorang guru mampu membuat rencana atau perencanaan bisnis yang baik. Bisnis Model Kanvas (Businness Model Canvas/BMC) disuguhkan secara lengkap dan detail untuk membantu para guru dalam menggagas dan mengimplementasikan ide kreatifnya sebagai seorang pendidik. Bagi guru yang hendak berbisnis, Bisnis Model Canvas adalah salah satu formula terbaik  dalam menggagas bisnisnya di tingkat abstrak untuk kemudian mengujinya di tingkat nyata.
 
"Buku Gerakan Teacherpreneur ini dilengkapi dengan pelatihan pembuatan picthdeck yaitu presentasi singkat yang bisa menjelaskan gambaran umum tentang rencana bisnis startup (Bidang Aplikasi Teknologi Informasi) sebagai materi presentasi singkat dalam memperkenalkan produk di hadapan calon investor dengan lebih mudah, sehingga mereka bisa lebih tertarik untuk memberi pendanaan," imbuhnya.
 
Heri berharap, lahirnya buku Gerakan Teacherpreneur dapat menjadi motivasi dan inspirasi bagi kita semua terkhusus bagi guru untuk senantiasa aktif dan produktif mencari dan menemukan berbagai ide, gagasan, kreativitas, serta inovasi untuk menjadi seorang teacherpreneur, entrepreneur atau intrapreneur.
 
Senada dengan Heri, Wakil Ketua Pergunu, Aris Adi Leksono mengatakan  hal yang harus dipahami bahwa gerakan teacherphenuer tidak selalu dan sekadar diidentikkan dengan wirausaha. Lebih dari itu adalah gerakan membangun mindset intraprenuers, di mana biasanya orang yang sangat memotivasi diri, proaktif dan berorientasi kepada tindakan.
 
"Seorang intrapeneurs merasa nyaman dengan inisiatif-inisiatif baru, bahkan dalam batas-batas organisasi, dalam mengejar produk atau layanan yang inovatif," kata Aris.
 
Ia menegaskan, pada masa pandemi Covid-19 mindset seperti itu sangat dibutuhkan oleh guru, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif, efesien, menyenangkan, serta tetap bermakna.
 
Dengan guru memiliki mindset teacherphenuer, menurut Aris, akan selalu ada inovasi dalam setiap tantangan maupun hambatan. Dalam kondisi normal pun menjadi sangat penting mindset tersebut agar budaya belajar dan pembelajar dapat terus berjalan, sehingga kemandirian belajar dapat terwujud.
 
"Jika Mendikbud mencanangkan kebijakan maerdeka belajar, tanpa adanya mindset budaya belajar dan pembelajar, teacherphenuer maka semua akan kembali lagi pada model-model pembelajaran lama," tegas Aris.
 
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Muchlison