Nasional NU PEDULI BANTEN-LAMPUNG

Mengikuti Gus Ishom Berbagi dengan Korban Tsunami Lampung

Sab, 29 Desember 2018 | 05:15 WIB

Jakarta, NU Online
Pagi pascabencana tsunami yang menerjang Lampung dan Banten pada Sabtu (22/12) malam, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin (Gus Ishom) bersama istrinya langsung turun mendatangi para korban. Keduanya tentu merasa tergugah tidak bisa tinggal diam mendengar dan melihat saudara-saudaranya dilanda bencana.

Dengan berkendara mobil dari tempat tinggalnya di Bandar Lampung, Gus Ishom butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di Lampung Selatan. Dari situ, ia harus jalan lagi menuju lokasi-lokasi terdampak bencana. Ia menyusuri jalan sepanjang garis pantai di Kalianda dan Rajabasa. Sebelah kanan, sepanjang bibir pantai, tampak puing-puing bangunan yang hancur akibat hantaman gelombang besar itu.

Lebih dari itu, Gus Ishom juga membawa mobilnya sampai ke perbukitan yang tidak lagi beraspal jalanannya. Kanan-kiri jalanan yang penuh rimbun pepohonan dan hanya cukup untuk satu mobil dengan tanah yang licin akibat guyuran hujan, ia lewati begitu saja demi bisa bertemu dan berbagi dengan saudara-saudara di pengungsian.

Para korban itu mendirikan tenda di perkebunan di bukit belakang rumah mereka. Ada yang di kebun kakau, ada pula yang di kebun pisang, dan sebagainya. Mereka tidur di bawah atap terpal, saling berdesakan mengingat minimnya jumlah tenda. Satu tenda diisi puluhan orang di dalamnya. Belum lagi ganasnya nyamuk kebun dan minimnya penerangan menjadi hal yang harus mereka hadapi di sana.


Foto: Gus Ishom bertemu dengan anak-anak terdampak tsunami


Sebelum mengunjungi mereka, Gus Ishom dan istrinya lebih dulu belanja berbagai kebutuhan yang mungkin sangat diperlukan oleh masyarakat, seperti obat-obatan, pakaian, mie instan, susu, dan berbagai makanan dan minuman lainnya. Bahkan, Kiai Ishom juga membawa buah-buahan.

Di tempat-tempat yang mereka singgahi itu, mereka yang juga ditemani istri Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lampung Selatan Nyai Nunuk Mahfud, membagikan belanjaan mereka kepada masyarakat setempat sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka pun tak canggung berbincang dengan para korban, menanyakan kondisi mereka dan kebutuhannya.

Mereka datang masuk ke sebuah tenda pengungsi. Salah satu pengungsi bercerita baru saja mendapat tikar, obat-obatan, dan mie instan. Gus Ishom pun bertanya, “Buah-buahan sudah punya?”

“Tuh rambutan belum matang,” jawab pengungsi tersebut.

“Saya bawa apel. Kalau mau apel saya bawakan,” kata Gus Ishom.

Beberapa pengungsi itu pun diajak ke mobilnya yang diparkir tak jauh dari tenda-tenda mereka dirikan di sebuah kebun. Gus Ishom pun membungkus beberapa buah apel ke kantong plastik. Sementara Nyai Shally Ishomuddin, istri Gus Ishom, dan Nyai Nunuk Mahfud, istri Ketua PCNU Lampung Selatan, sibuk mengambilkan permintaan sejumlah warga yang mendekat ke bagasi mobilnya.

Di daerah yang lain, Gus Ishom juga berbincang dengan anak-anak. “Bisa tidur gak di sini?” tanyanya.

“Bisa,” jawab belasan anak-anak SD itu.

“Sudah berapa hari di sini?”

“Sudah seminggu.”

“Gak sekolah dong?”

“Libur,” kata salah seorang di antaranya sembari menerima biskuit, susu, dan buah apel dari istri Kiai Ishom.

“Oh ya libur.”


Foto: Gus Ishom mendistribusikan logistik di tempat pengungsian


Di tempat lain, ia bertemu dengan seorang anak perempuan berbaju merah. Ia berbincang dengannya.

“Mau apa?” tanya Gus Ishom. Yang ditanya masih diam seribu bahasa. Gurat kesedihan masih tampak di wajahnya.

“Mau uang? Ini uang ya,” kata Gus Ishom sembari menyerahkan Rp. 100 ribu kepada seorang anak perempuan yang ia ajak bicara itu. Bocah yang bersama ayahnya itu harus menerima kenyataan ibu dan adiknya yang meninggal.

Saat itu, ia tidak sedang bersama mereka. Gus Ishom pun menasihati ayahnya, bahwa itu sudah takdir. Sang ayah pun mengangguk mengiyakan dengan suaranya yang lirih dan pelan.

Setelah itu, dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung itu pun membuka bagasi mobilnya dan membagikan sejumlah barang seperti handuk, selimut, dan makanan yang dibutuhkan oleh anak tersebut dan orang-orang di sekitarnya.

Gus Ishom dan istrinya saban hari melakukan hal itu dari pagi hingga malam. Baginya, ada kenikmatan tersendiri datang langsung menemui mereka. (Syakir NF/Muhammad Faizin)