Nasional

Mensos Khofifah Ajak Perempuan Indonesia Contoh Sosok Srikandi

NU Online  ·  Rabu, 29 November 2017 | 05:14 WIB

Jakarta, NU Online
Kementerian Sosial RI menggelar pertunjukan  wayang kulit semalam suntuk bersama Maestro Dalang UNESCO Ki Manteb Soedarsono dan bintang tamu Syakurun (Kirun) sebagai penutup puncak rangkaian peringatan Hari Pahlawan 2017, di halaman Gedung Konvensi Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMPNU) pekan lalu. 

Acara yang dibuka oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa ini mengangkat lakon Srikandi Kusumaningrat dan menghadirkan bintang tamu budayawan Kirun. Sekira 10.000 orang memadati halaman gedung konvensi yang disulap menjadi panggung megah didukung tata suara dan tata cahaya yang mumpuni khas pertunjukan wayang. 

"Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini sejalan dengan ruh dari Hari Pahlawan yakni estetik heroik. Pada masa sekarang ini pendekatan seni dan budaya menurut saya yang paling ampuh memperkokoh persatuan dan kesatuan negeri. Kita angkat seni dan budaya sebagai fokus perekat persatuan karena seni dan budaya bisa diterima masyarakat tanpa membedakan produk dari elemen daerah, etnis atau suku mana.  Tingkat penerimaannya betul-betul borderless. Budaya memiliki kekuatan menembus sekat etnis, suku, agama," terang Khofifah. 

Pagelaran wayang kulit ini mengambil lakon Srikandi Kusumaningrat. Ia adalah puteri Prabu Drupada dan Dewi Dandawati dari Negara Pancala adik dari Dewi Dropadi dari Raden Drestadyumna. 

Dewi Srikandi menjadi sangat gemar dalam olah keprajuritan, sangat gigih belajar memanah, tidak kenal lelah dan sangat mencintai rakyatnya. Hampir semua waktunya dipergunakan untuk mengabdi pada negaranya. Ia juga mahir dalam mempergunakan senjata panah. 

Dewi Srikandi menjadi suri teladan prajurit bukan hanya  perempuan. Ia bertindak sebagai penanggungjawab keselamatan dan keamanan ksatria Madukara dengan segala isinya. Dalam perang Bharatayuddha dikisahkan kenapa Dewi Srikandi tampil sebagai senopati, dan pada saat itu senopati Astina adalah Resi Bisma yang sangat sakti mandraguna. 

"Melalui lakon Srikandi Kusumaningrat kiranya kita dapat mengambil makna yang terkandung di dalamnya. Yaitu bagaimana seorang tokoh perempuan bernama Srikandi memiliki kemampuan dan andil yang luar biasa membela negaranya, tidak kalah dengan tokoh pria lainnya," terang Khofifah yang tampak menikmati pertunjukan hingga lewat tengah malam.

Hal ini, lanjutnya, menunjukkan adanya kesetaraan gender di dalam melakukan segala hal terutama membangun negeri ke arah yang lebih baik lagi. 

Dikatakan Mensos, dalam kehidupan sehari-hari, Indonesia memiliki Pahlawan Nasional Wanita yang luar biasa seperti Kartini, Cut Nyak Dien, dan yang baru ditetapkan pada 10 November 2017 lalu adalah Laksamana Malahayati yang merupakan laksamana perempuan pertama muslimah di dunia. 

"Meneladani Srikandi dan para pahlawan Indonesia, saya mengajak  warga bangsa  semua jadilah Pahlawan masa kini yang memiliki peran sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing untuk membangun Indonesia Sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan para pendahulu negeri," harap Khofifah. 

Mensos juga berharap melalui pagelaran wayang kulit semalam suntuk ini masyarakat tidak melupakan jati diri bangsa dan lebih mengenal budaya bangsa yang beraneka ragam dari Sabang sampai Merauke, khususnya pertunjukan wayang kulit yang telah terkenal dan mendunia. 

"Bahkan pada 7 November 2003, wayang Indonesia mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Dunia telah mengakuinya, maka kita sebagai pemilik budaya ini harus bangga dan terus melestarikannya," terang Khofifah bangga. (Red: Fathoni)