Nasional

Mudik, Budaya yang Dibenarkan Agama

Rab, 6 Juli 2016 | 11:02 WIB

Mudik, Budaya yang Dibenarkan Agama

ilustrasi: Mbahjiwo.com

Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas'udi mengatakan, mudik adalah budaya yang bisa dijustifikasi agama karena hal itu bermuatan silaturahim yang dianjurkan agama Islam.

“Niatnya kan silaturahmi. Jelas itu ajaran agama,” katanya kepada NU Online Selasa (5/7).

Pemudik, kata Kiai Masdar, umumnya adalah perantau dari desa atau daerah untuk megadu nasib atau mencari penghidupan dan pengembangan diri yang lebih baik.

Mereka, sambungnya, adalah orang daerah atau desa yang ingin mendapatkan masa depan yang lebih sesuai dengan pendidikan dan perkembangan jamannya.

“Semuanya itu tidak mungkin bisa diraih kalau tetap tinggal di desa atau kampungnya yang terbatas kemungkinan-kemungkinannya, baik secara ekonomi maupun sosial,” katanya.  

Kiai Masdar menambahkan, pemudik adalah muhajir-muhajir dari desa untuk membangun masa depan yang lebih baik yang hanya bisa disediakan oleh kota.

Masa-masa setahun mencari penghidupan di kota, maka Lebaran adalah momen kultural untuk menengok masa lalu dan asal-usul secara massal yang tepat dalam bingkai keutamaan keagamaan yang disebut "silaturrahmi".

“Hal itu sesuai dengan hadits Nabi: ‘Barangsiapa yang ingin dilapangkan jalan rezekinya dan diperkuat akar keberadaannya maka ia hrs mmperkokoh tali silaturrahmi baik dengan saudara atau handai tolannya’. Selamat Lebaran!” (Abdullah Alawi)