Nasional

Muktamar 13 dan 34, Perhelatan Akbar NU yang Menggugah Warga Desa

Kam, 23 Desember 2021 | 15:30 WIB

Muktamar 13 dan 34, Perhelatan Akbar NU yang Menggugah Warga Desa

Muktamirin duduk rapi pada pembukaan Muktamar Ke-34 NU di Pesantren Darussaadah Lampung Tengah, Rabu (22/12/2021). (Foto: Panitia Muktamar)

Pada hari kamis 16 Juni 1938 pukul satu siang terdengarlah letusan-letusan bom di sekitar kota caringin (Menes) sehingga amat menggemparkan penduduk kota yang kecil ini. Jika seandainya mereka itu tak mengetahui atau mendapat kabar terlebih dahulu bahwa papda hari itu akan diadakan arak-arakan oleh ribuan murid madrasah Mathala’ul Anwar Nahdalatul Ulama dengan didahului oleh suara bom boleh jadi mereka itu akan beterbangan kian kemari sebab disangkanya bahwa gunung Krakatau berhajat mencari makanan lagi.

 

Ungkapan itu tercatat pada Verslag Kongres (laporan muktamar) NU ke-13 yang berlangsung di Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat (sekarang masuk wilayah Provinsi Banten). Verslag itu melanjutkan, 

 

"Tetapi syukur alhamdulillah karena kabar telah mereka dapat terlebih dahulu, maka tak jadilah mereka kehilangan hati, walaupun mereka juga berlari-larian, tetapi asasnya bukan hendak mencari tempat perlindungan, bahkan berduyun-duyun, berebut tempat di sepanjang jalan untuk melihat arak-arakan yang akan mengelilingi kotanya itu.  Adapun optocht tersebut terpimpinlah dengan sangat rapinya, dan masing-masing anak memegang sebuah bendera NU yang indah rupa dan buatannya. Dan begitupun pula masing-masing grup grup mengibarkan vaandelnya hijau-putih dengan bersimbol dunia. Sungguh amat indah pemandangannya."

 

Laporan muktamar itu menambahkan,

 

Kurang lebih jam dua siang, terdengar lagi letusan bom dengan diiringi oleh tampik-soraknya anak-anak madrasah NU yang puluhan ribu banyaknya itu. Gemetarlah rasanya dunia ini. Begitu juga nasyid-nasyid diperdengarkannya dengan diiringi kesyukuran ke hadirat ilahi yang negerinya kedatangan kongres NU yang pujangga-pujangga Isalmnya akan membekaskan dan meninggalkan pimpinan kepadanya di dalam hal menuju keselamatan dunia dan akhirat. 

 

Lalu, pukul tiga sore datanglah mereka berbondong-bondong di muka gedung kongres NU yang indah itu. Arak-arakan adalah di bawah pimpinan guru madrasah tersebut dan dibantu oleh saudara-saudara ANO. Kemudian mereka masuk di dalam gedung ke tempat bapak-bapaknya bersidang. 

 

Dalam sejarah NU, Muktamar biasanya dilaksanakan di kota-kota provinsi semisal Surabaya, Semarang, Bandung, Jakarta, Medan, Palembang, Banjarmasin, dan Makassar. Tak jarang pula dilakukan di kota-kota kecil setingkat kabupaten seperti Pekalongan, Cirebon, Megelang, Puwokerto, Solo, Malang, Banyuwangi, Tasikmalaya, Kediri, dan Jombang. 

 

Namun, Menes adalah kelainan. Daerah itu merupakan desa. Saat ini statusnya sebagai sebuah kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Dan muktamar itu pun lebih dikenal sebagai muktamar Menes, bukan Pandeglang. 

 

Muktamar Ke-34 NU di Lampung Tengah sepertinya mengulang Muktamar Ke-13 NU di Menes, yaitu Pondok Pesantren Darus Saadah, letaknya di Lingkungan III Celikah, Seputih Jaya, Gunung Sugih, Lampung Tengah. Letak pesantren itu sekitar 2 km ke pusat pemerintahan kabupaten dan sekitar 60 km ke pusat pemerintahan Provinsi Lampung.  

 

Pada 22 Desember 2021, tiba-tiba saja Desa Seputih Jaya dipenuhi orang dari seluruh Indonesia. Dari lebih 600 kota kabupaten di Indonesia. Presiden dan Wakil Presiden dan beberapa menteri, serta beberapa bupati dari daerah lain hadir ke desa itu. 

 

Tiba-tiba saja jalanan kecil itu dipenuhi sesak orang-orang yang berkopiah dan bersarung. Ibu-ibu berjilbab dan baju kurung. Kendaraan-kendaraan yang menuju ke situ tertahan beberapa km.  

 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Kendi Setiawan