Nasional

Musim Haji, Mengingat Kembali Kiprah Besar Mbah Wahab melalui Komite Hijaz

Kam, 1 Juni 2023 | 13:00 WIB

Musim Haji, Mengingat Kembali Kiprah Besar Mbah Wahab melalui Komite Hijaz

KH Abdul Wahab Chasbullah (Mbah Wahab) memimpin Komite Hijaz pada tahun 1925. (Foto: dok NU Online)

Jombang, NU Online
Di musim haji seperti sekarang, hendaknya masyarakat Muslim mengingat kembali kiprah KH Abdul Wahab Chasbullah (Mbah Wahab) dalam memperjuangkan kebebasan bermazhab di Tanah Hijaz (Arab Saudi) yang tertuang dalam poin tuntutan Komite Hijaz kepada Raja Ibnu Saud. Pada poin yang lain, Mbah Wahab meminta kepada Raja Ibnu Saud agar tidak menghancurkan situs-situs bersejarah, termasuk makam Rasulullah saw.


Komite Hijaz adalah nama sebuah kepanitiaan kecil yang diketuai oleh KH Abdul Wahab Chasbullah pada tahun 1925. Panitia ini bertugas menemui Raja Ibnu Saud di Hijaz untuk menyampaikan beberapa permohonan atau tuntutan.


Hal itu disampaikan putra KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Hasib Wahab pada Haul Ke-52 Mbah Wahab, Rabu malam (31/5/2023) di Pondok Pesantren Bahul Ulum Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.


KH Hasib Wahab menegaskan dengan keberanian, tekad yang kuat, dan keahlian Mbah Wahab dalam berdiplomasi, sejumlah poin yang menjadi tuntutan Komite Hijaz akhirnya diterima oleh Raja Ibnu Saud. 


"Isi poin tuntutannya agar Raja Saud memberikan izin ketika orang beribadah di Makkah maupun di Madinah dengan cara mazhab yang bebas atau merdeka. Alhamdulillah raja memperbolehkan," ungkapnya.


Perjuangan Mbah Wahab kala itu menurutnya adalah bermuara pada kepentingan warga Muslim secara internasional. Arab Saudi yang menjadi tempat pelaksanaan ibadah haji harus tetap memberikan kepastian pelayanan yang baik, terutama dalam kebebasan menganut mazhab.


Sebagaimana diketahui, sejak Ibnu Saud, Raja Najed yang beraliran Wahabi, menaklukkan Hijaz (Makkah dan Madinah) tahun 1924-1925, aliran Wahabi sangat dominan di tanah Haram. Kelompok Islam lain dilarang mengajarkan mazhabnya, bahkan tidak sedikit para ulama yang dibunuh.


"Di sini peran Mbah Wahab Chasbullah yang sangat penting, yang menentukan kepentingan kelompok Islam yang bermadzhab Ahlussunnah wal Jamaah. Karena para ulama yang bermadzhab Ahlussunnah wal Jamaah berantakan, begitu juga banyak habaib yang lari ke tanah Jawa," jelasnya.


Ketua Majelis Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas ini menyampaikan bahwa masyarakat Muslim sekarang sudah dapat melaksanakan ibadah haji dengan sempurna. Bahkan tak sedikit masyarakat Indonesia yang berkesempatan berziarah dan masuk ke arena makam Baginda Nabi Muhammad saw langsung.


"Ini tentu ada jasa besar dari KH Abdul Wahab Chasbullah," jelas Kiai Hasib, sapaan akrabnya.


Bagi salah satu ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, Mbah Wahab adalah sosok ulama pejuang. Sederat perjuangannya masih terekam oleh sejarah, sejak NU belum berdiri. Begitu juga setelah NU didirikannya dengan para ulama yang lain. 


Sebagai keturunan Mbah Wahab, ia minta doa kepada masyarakat agar bisa selalu menebar kemanfaatan dan memperjuangkan ajaran-ajaran Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah sebagaimana Mbah Wahab.


"Mudah-mudahan kita ini bisa berbuat lebih banyak lagi bersama-sama tokoh tokoh NU memperjuangkan Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah. Amin," ucapnya.


Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Kendi Setiawan