Nasional

Muslimat NU: Manajemen Sampah Bisa Dimulai dari Rumah

Sel, 24 Desember 2019 | 02:30 WIB

Muslimat NU: Manajemen Sampah Bisa Dimulai dari Rumah

Sosialisasi pengelolaan sampah oleh PP Muslimat NU di gedung Pusdiklat Muslimat Pondok Cabe, Senin (23/12). (Foto: Dok. Muslimat NU)

Tangerang Selatan, NU Online
Manajemen sampah bisa dimulai dari sumbernya, yakni rumah tangga. Sampah rumah tangga diharapkan tidak dibuang begitu saja. Akan tetapi, dipilah terlebih dahulu agar memudahkan pendistribusian untuk pengolahan lebih lanjut. Hal ini agar tidak mencemari lingkungan serta dapat meningkatkan nilai ekonomis sampah.

Hal tersebut dikatakan Ketua Bidang Tenaga Kerja PP Muslimat NU Hj Ariza Agustina saat memberi sambutan dalam Pertemuan Paguyuban Bank Sampah Kecamatan Pamulang dan Sosialisasi Pilah & Olah Sampah, Buang Penyakit Jadi Duit. Acara digelar di gedung Pusdiklat Muslimat NU Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Senin (23/12).

“Pengelolaan sampah secara kolektif dengan prinsip daur ulang, melalui bank sampah merupakan suatu alternatif sistem manajemen sampah yang diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menurunkan jumlah sampah terbuang ke lingkungan. Saat ini pengelolaan bank sampah diperkirakan mencapai empat persen,” kata Ariza.

Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah bersama Muslimat NU mengajak lebih banyak masyarakat untuk mengelola sampah rumah tangga agar membantu pengurangan sampah yang dibuang ke lingkungan. Pemerintah mengajak masyarakat berbagi peran dalam pemilahan-pengumpulan-pengangkutan-pengolahan-pemrosesan sampah.

“Bank sampah dapat membantu membangun budaya baru, yaitu membuat masyarakat bersedia memilah sampah. Bank Sampah diharapkan mengelola sampah dengan prinsip 3-R (Reduce-Reuse-Recycle) atau kurangi-gunakan kembali-daur ulang, sebagaimana program nasional dalam Undang Undang Nomor 18 tahun 2008,” paparnya.

Baca juga: Tingkatkan Pendapatan, Muslimat NU Sosialisasikan Pilah dan Olah Sampah

Menurut dia, bank sampah yang dibangun oleh masyarakat diharapkan dapat mengajak anggotanya dan lebih banyak rumah tangga untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah. Agar barang-barang rusak, benda tak terpakai, kemasan produk, sisa makanan, dan lain-lain, tidak dibuang begitu saja.

“Sehingga tidak berserakan di jalan atau mengambang sungai, atau menumpuk di tempat pembuangan akhir yang berpotensi menimbulkan penyakit. Seluruh lapisan masyarakat diharapkan turut serta membantu pemerintah untuk bergerak bersama dalam menangani masalah sampah,” ajaknya.

Ariza menambahkan, bank sampah dapat mengajak anggotanya untuk memilah sampah berdasarkan kesepakatan. Bank sampah dapat mengolah sampah organik untuk produksi pupuk kompos, cair atau padat, dan/atau menjadi pengumpul sampah non-organik yang terpilah, misalnya berdasarkan jenis material seperti plastik, kertas, metal, kaca, dan sebagainya.

Sampah plastik, lanjut dia, seperti botol plastik, kemasan plastik; sampah metal, seperti sampah minuman kaleng atau makanan kaleng; sampah kaca seperti botol kaca, gelas kaca, toples, dan lain-lain. Atau sampah kertas di antaranya adalah koran, majalah, karton, kardus, yang semuanya dapat diolah menjadi produk baru.

“Sampah kaca dapat dihancurkan dan dilebur sebagai bahan baku produk baru. Sampah plastik maupun sampah besi dapat dilelehkan dan menjadi bahan dasar produk baru. Sampah kertas dapat dihancurkan dan dibuat bubur kertas sebagai bahan dasar produk baru,” terang Ariza.

Dalam sosialisasi tersebut, Ariza ditemani anggota bidang tenaga kerja PP Muslimat NU Hj Azzah Zumrud. Ia menambahkan, penyelesaian masalah sampah tidak bisa hanya mengandalkan petugas kebersihan saja. “Lebih banyak rumah tangga harus diajak berpartisipasi dalam pengelolaan sampah. Rumah tangga dapat berpartisipasi dengan menjadi anggota atau nasabah bank sampah,” pungkas Azzah.

Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Muiz