Nasional NGAJI RAMADHAN

Nabi itu Ramah, Bahkan kepada Orang Kafir

Kam, 25 Juli 2013 | 13:00 WIB

Kudus, NU Online
Nabi Muhammad mengajarkan sikap ramah kepada setiap orang, termasuk kaum kafir sekalipun. Padahal  Al-Qur’an membolehkan menghabisi orang kafir bila mereka terlebih dahulu mengancam umat Islam, tetapi Nabi tidak melakukannya. 
<>
“Bahkan, beliau mengajak orang kafir yang sudah kalah perang diajak masuk masjid. Dengan ramahnya Nabi memberi maaf kepada mereka,” terang Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi saat menerangkan ayat 21-25 Surat Al-Hadid Juz 27 dalam pengajian Tafsir Al Qur’an di Masjid al Aqsha Menara Kudus, Jawa Tengah, Kamis (25/7) pagi.

KH Sya’roni menerangkan sikap Nabi Muhammad yang tidak menggunakan kekerasan, tetapi memberi maaf kepada kaum kafir ini dibenarkan oleh Allah. Dengan demikian, keramahan Nabi Muhammad ini mendapat rahmat dari Allah.

“Hanya diperbolehkan berbuat kekerasan bila orang kafir mendahului, tetapi jangan ditafsiri wajib dikerasi. Sebab, ada kelompok garis keras yang memahami ayat ini supaya wajib dengan kekerasan kepada mereka, ini keliru,” terangnya lagi.

Pada penjelasan ayat lainnya, kiai yang akrab disapa Mbah sya’roni ini mengajak umat Islam selalu bersyukur atas nikmat (rizki) yang diterima. Manusia dilarang kikir mengeluarkan harta bendanya untuk kebaikan atau berinfak. Di samping itu, tidak perlu bersenang-senang kebablasan atas nikmat yang diterimanya supaya tidak susah di kemudian hari.

“Oleh karenanya, nikmat (rizki) yang kita terima wajib syukur kepada Allah. Begitu juga pada saat menerima musibah. Kita harus bersabar supaya mendapat pahala,” jelasnya.

Saat menjelaskan masalah rizki ini, Mbah Sya’roni menyinggung permasalahan kefakiran manusia. Dengan mengutip sebuah hadits kadal fakru an yakuuna kufron, ulama kharismatik itu menjelaskan kefakiran seseorang bisa mengakibatkan kekufuran.

“Siapapun saja termasuk kiai atau orang alim yang beribadah tekun, tetapi tidak memiliki harta misalnya, sangat bisa menjadi lupa kepada Allah. Sebab perkara yang membingungkan bisa menghabiskan akal, apalagi sudah berdoa siang malam tidak dikabulkan akan bisa menjadi kufur zindik (tidak percaya Allah),” terangnya seraya menyitir sebuah nadhaman ba’dhul fudhola’.

Pengajian Tafsir Al Qur’an bersama KH Sya’roni ini sudah memasuki hari keempat belas sejak 3 Ramadhan lalu. Hingga Kamis padi tadi, ribuan jamaah masih memenuhi ruangan dan halaman parkir Komplek Masjid dan Makam Menara Kudus.


Redaktur     : Abdullah Alawi 
Kontributor : Qomarul Adib