Nasional 1 ABAD NU

Nadiem Jelaskan 2 Kompetensi Hadapi Disrupsi Teknologi

Sen, 19 Desember 2022 | 19:00 WIB

Nadiem Jelaskan 2 Kompetensi Hadapi Disrupsi Teknologi

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim mengingatkan 2 hal yang harus dimiliki di era disrupsi teknologi. (Foto: NU Online/TVNU)

Malang, NU Online 
Sejak awal 2020, sejumlah kalangan mengatakan bahwa sedang hidup di era disrupsi teknologi. Karena banyak hal yang baru bermunculan dan terjadi, yang umumnya membawa perubahan besar dan terkait dengan teknologi.


Setidaknya, ada dua kompetensi atau profil yang harus dimiliki dalam menghadapi disrupsi teknologi tersebut. Dua kompetensi  tersebut akan memudahkan seseorang dalam menghadapi berbagai kompetensi manual ke digital.


"Hanya ada dua kompetensi, profil atau kualitas yang harus kita miliki di generasi muda. Satu adalah menjadi pembelajar sepanjang hayat,” kata Nadiem Makarim, Senin (19/12/2022).


Menurutnya, yang dimaksud dengan pembelajar sepanjang hayat adalah punya broad mindset. Bahwa mau mengerjakan apa dan di mana, maka harus punya insting terus belajar.


Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia ini pada acara NU Tech. Kegiatan berlangsung di Ballroom lantai 5 Hotel Savana, Kota Malang. 


Menurut Nadiem, melakukan apa saja bukan karena paksaan, melainkan keinginan belajar. Sebab, mereka yang rasa ingin tahu tinggi, akan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Yang bersangkutan akan memiliki berbagai wawasan keilmuan, pengetahuan dan pengalaman.


Sedangkan kompetensi kedua yaitu berpikir kritis atau critical thingking. Dirinya mengaku dengan memiliki kemampuan ini, seseorang bisa memproses informasi secara kritis. Tidak hanya itu, yang ditimbulkan kemampuan kemampuan kritis bisa menjadi problem solving di berbagai macam sektor.


"Untuk kita menjadi problem solver, kita harus menjadi punya kemampuan di berbagai macam disiplin. Inilah makanya kampus merdeka kita campur prodi (program studi) di antara sektor antara lintas prodi lintas jurusan," terangnya.


Pendiri aplikasi ojek online terbesar di Indonesia ini menambahkan, dengan belajar dari berbagai sektor akan membuat pengalaman semakin luas. Ketika tidak kecipratan ilmu dari berbagai sektor, utamanya mahasiswa tidak akan bisa mencari benang merah dari apa yang digunakan memecahkan permasalahan.


"Sebenarnya, di sektor apapun bisa dilakukan. Itu dua hal menurut saya cara untuk imunitas kita terhadap semua disrupsi," bebernya.


Nadiem menuturkan, manfaat teknologi yang selama ini dirasakan saat pandemi Covid-19 terhadap pendidikan di Indonesia cukup besar. Selain cukup memudahkan, juga tidak terbatas ruang dan waktu dalam memperoleh ilmu. Akan tetapi, tidak dipungkiri memiliki dampak negatif yang dirasakan baik guru maupun peserta didik usai tiga tahun menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) ataupun pembelajaran dalam jaringan (daring). Salah satu dampak negatif adalah peserta didik menjadi ketergantungan terhadap gadget, terlebih dengan media sosial yang hanya ilusi.


Pelajaran jarak jauh online dengan teknologi menurut Nadiem tidak bisa menggantikan ruang kelas dan tidak bisa menggantikan guru. Perdebatan sudah selesai bahwa pembelajaran secara fisik dengan guru jauh lebih efektif untuk anak di negara manapun.


"Bagaimana mengelola suatu sekolah dan lain-lain adopsi teknologi di sektor pendidikan itu tidak bisa dibandingkan dengan periode sebelumnya," tandasnya.


Gelaran NU Tech diisi sejumlah kegiatan. Seperti capture the flag competition, tech seminar, innovation pitching competition, narasi academy, serta digital learning scholarship


Kegiatan juga dihadiri Zannuba Arrifah Chafsoh atau yang lebih dikenal Yenny Wahid, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang, juga Ketua PCNU Kabupaten Malang. 


Acara dilanjut dengan beberapa talk show. Salah satunya dengan menghadirkan narasumber Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim.  

 

Penulis: Madchan Jazuli

Editor: Syaifullah Ibnu Nawawi