Nasional

Kuliah Sambil Menghafal Al-Qur'an? Berikut Pesantren Tahfidz di Kota Malang

Ahad, 25 September 2022 | 11:00 WIB

Kuliah Sambil Menghafal Al-Qur'an? Berikut Pesantren Tahfidz di Kota Malang

Suasana di Pondok Pesantren Al Barokah, Kota Malang. (Foto: NUO/Hilyatul Maknunah)

Malang, NU Online 
Kota Malang, Jawa Timur dikenal sebagai salah satu kota pendidikan yang memiliki banyak kampus baik negeri maupun swasta. Kondisi tersebut menjadikan kota ini sebagai primadona bagi para pelajar dari berbagai penjuru Nusantara untuk melanjutkan pendidikan di Bumi Arema ini. 


Tidak sedikit pelajar yang datang dari luar kota bahkan luar pulau yang berlatar belakang sebagai seorang santri atau pernah menempuh pendidikan di pesantren. Khususnya pesantren tahfidz sehingga harus melanjutkan dan menjaga amanah seumur hidup yaitu menjaga kalam ilahi yang telah dihafal dan mengamalkan isinya.


Terdapat beberapa rumah tahfidz atau pesantren tahfidz yang tersebar di beberapa titik sekitar kampus di Kota Malang. Namun harus tetap selektif memilih dengan melihat kredibilitas dan kualitas pesantren. Orang tua harus mencari tahu latar belakang pengasuh, sanad atau silsilah keilmuan yang dimiliki, dan afiliasi dari pesantren tersebut.


NU Online telah merangkum beberapa pesantren tahfidz yang dapat dijadikan rekomendasi bagi para penghafal Al-Qur'an. Juga menempuh pendidikan di perguruan tinggi di Kota Malang dengan sanad keilmuan yang jelas dan mengajarkan akidah Ahlussunah wal Jama’ah.


1. Yayasan Pendidikan Islam Al-Chusainiyyah Malang 


Yayasan didirikan oleh KH Muhammad Chusaini Alhafidz yang menaungi lima Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an (PPTQ). Terdiri dari dua PPTQ putra dan tiga PPTQ putri serta satu lembaga Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Muallimat NU.


Pondok Pesantren Tahfidz yang pertama didirikan adalah PPTQ putra Raudhatusshalihin pada tahun 2001. Lokasinya di Jalan Kopral Usman gang 5, Wetan Pasar Besar, Kecamatan Klojen, Kota Malang. 


Pesantren ini memiliki sanad Al-Qur'an tersambung kepada almaghfurlah KH Ahmad Syadzili Muhdhor dari Pondok Pesantren Salaf Al Qur'an (PPSQ) Asy-Syadili, Sumberpasir, Kabupaten Malag. Juga menjadi tempat bagi puluhan mahasiswa penghafal Al-Qur'an dengan sistem setoran tahfidz yang langsung dibimbing oleh pengasuh, Abah Chusaini. Dalam keseharian juga dibantu kedua putranya, Agus Muhammad Nafis Muhajir dan Agus Muhammad Nizar Asyrofi.


Setelah sukses membangun pondok pertama, lalu dibangunlah pesantren untuk putri bernama PPTQ Nurul Furqon. Lokasinya dekat dengan PPTQ Roudlotusholihin.


PPTQ Nurul Furqon memiliki beberapa pondok cabang di antaranya Pondok Pesantren Nurul Furqon 2 Al-Aqliyah yang  berlokasi di Jalan Sumbersari gang 1 No 3. Juga  PP. Nurul Furqon 2 Al Wafiyah yang berlokasi di  Jl. Raya Candi Vl No. A-2. Keduanya berada di Kecamatan Lowokwaru dan lebih dekat dengan beberapa kampus dibandingkan pondok induk. Lalu pada tahun 2015, didirikan PPTQ putra di Jl. Kedawung Vlll D, Tulusrejo, Kota Malang bernama PPTQ Baitul Ghoni.


Sesuai dengan namanya, yaitu PPTQ, maka kelima pesantren ini memiliki program utama tahfidz dibimbing langsung oleh pengasuh namun tidak menyampingkan kajian keilmuan lain seperti kajian beberapa kitab salaf yang diampu beberapa pengajar kompeten.


2. Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Nurul Huda Mergosono (PPSSNH)


PPSSNH berada di Jalan Kolonel Sugiono gang 3B No.103 Mergosono, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Dirintis tahun 1997 oleh almaghfurlah KH A Masduqi Machfudh yang merupakan Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) 2002-2007 yang telah berpulang 2014 silam.


Pesantren putra dan putri ini diasuh oleh KH Taqiyuddin Alawiy, sedangkan untuk program tahfidz di bawah bimbingan KH Shihabuddin AH yang merupakan alumni dari Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Pesantren Roudlotu Tahfidzul Qur'an, Perak, Jombang serta beberapa pondok tahfidz di Jawa Tengah dan Ny Hj Raudloh Quds yang merupakan alumni Pesantren Roudlotut Thalibin Rembang.


Pesantren ini berawal dari sebuah mushala kecil yang berada di Mergosono gang 3B. Mushala yang sebelumnya sepi dari aktivitas ibadah mulai digalakkan semenjak Abah Masduqi berdomisili walaupun lingkungan sekitar kurang merespons aktivitas tersebut.Tetapi dengan ajakan yang santun, perlahan lingkungan sekitar mulai terpengaruh hingga saat ini telah berkembang pesat menjadi pesantren kitab, tahfidz dan juga menaungi beberapa pesantren cabang serta sekolah menengah dan taman pendidikan Al-Qur'an (TPQ) di sekitar .


Program yang ditawarkan di antaranya pendalaman nahwu, sharaf dan tahfidz Al Qur'an. Dan banyak santri yang bahkan mengambil kedua program tersebut. Khusus program tahfidz, kegiatan yang menunjang hafalan di antaranya adalah setoran hafalan dua kali sehari, saling menyimak antar santri, mendaras Al Qur'an secara terjadwal dan ujian hafalan kelipatan 5 juz.


Pesantren ini memiliki fasilitas lengkap untuk penyelenggaraan pendidikan dan pendukung aktivitas santri. Para santri bisa menempati mushala utama, ruang kelas, fasilitas kesehatan, ruang belajar dan kamar tidur yang representatif.


Pesantren yang dijuluki "Lirboyonya Kota Malang" ini memiliki santri yang berasal dari beberapa kampus. Dari mulai Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Raden Rahmat, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Malang, Universitas Kanjuruhan Malang dan beberapa lainnya merupakan siswa sekolah menengah.


3. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an (PPTQ) Nurul Huda


Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Nurul Huda Joyosuko Metro  atau disingkat dengan PPTQ NUHA adalah salah satu pesantren yang dikembangkan dari PPSS Nurul Huda Mergosono Malang. 


KH Masduqi Mahfudz yang merupakan polopor berdirinya PPSS Nurul Huda Mergosono Malang memiliki seorang putra bernama KH Isyroqun Najah lalu bersama istrinya, Ny Hj Ismatuddiniyah yang merupakan pembina Tahfidzul Qur'an Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang mendirikan pesantren tahfidzul Qur'an khusus putri. Lokasinya di Jalan Joyosuko Metro gang 3 No. 57B Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.


Di sini, para santri mendapatkan fasilitas yang cukup lengkap dengan arsitektur bangunan empat lantai yang modern. Mereka yang bermukim tidak hanya berasal dari UIN Malang, namun banyak yang berasal dari kampus lain. Mereka tidak hanya menghafalkan Al-Qur’an, juga diberi bekal kajian kitab-kitab salaf dengan pengajar yang kompeten di bidangnya.


Terdapat satu program di pondok ini yang menjadi evaluasi peningkatan kualitas hafalan santri disebut thabaqah yang merupakan ujian hafalan kelipatan 5 juz. Apabila santri sudah menyelesaikan 30 juz, maka sebelum mengikuti wisuda tahfidz, harus membaca 30 juz sekali duduk dan disimak seluruh santri, pengasuh dan orang tua.


Hal tersebut dilakukan untuk memutqinkan hafalan santri sebelum keluar dari pondok (baca: boyong). Tentu hal ini dilakukan untuk memfasilitasi para santri penghafal Al-Qur’an tidak hanya bisa menghafal, namun juga bisa mengerti dan memahami apa yang dihafalkannya.


4. Pondok Pesantren Al Barokah

​​​​​​​
Pondok Pesantren Al Barokah merupakan pesantren putri yang fokus utamanya adalah tahfidzul Qur’an (menghafal) dan tahsinul Qur’an (memperbaiki bacaan).


Terletak di Jl. Kanjuruhan IV No. 16, Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Pesantren ini dirikan pada September tahun 2017 oleh kiai muda kelahiran Blitar, KH M Maliku Fajri Shobah yang sekaligus menjadi pengasuh.


Manhaj aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Aswaha) adalah ajaran yang dijadikan dasar untuk membekali para santri yang mayoritas merupakan mahasiswi dari beberapa kampus di Kota Malang. Sehingga diharapkan mampu mencetak santri yang menjunjung tinggi nilai-nilai Aswaja di antaranya at-tawassuth (sikap moderat), at-tawazun (seimbang dalam segala hal), al-i’tidal (bersikap lurus dan adil), tasamuh (menghargai perbedaan/toleransi), dan amar ma’ruf nahi munkar (memiliki kepekaan guna mendorong perbuatan baik dan menolak kebatilan).


Selain itu, pesantren ini menganut madzhab fiqih Imam Asy-Syafii, manhaj tasawuf Imam al-Ghazali, Ibnu Athoillah Assakandariyah dan lain-lain. Manhaj firqah Al-Asy'ariyah wal Maturidiyah serta beberapa thariqah mu'tabarah.


Sanad Al-Qur’an di pesantren ini tersambung melalui jalur dari dua ulama Al-Qur’an Indonesia sekaligus, di antaranya KH M Munawwir Krapyak Yogjakarta dan KH Munawwar Sidayu, Gresik. Terdapat program khusus bagi santri yang telah menyelesaikan hafalan 30 juz yaitu qiraah sab’ah dan asyarah. Qiraaah sab'ah dan asyarah selain sanadnya sambung kepada KHM Munawwir Krapyak, juga kepada para ahli qurra di Tarim, Hadramaut, Yaman.


Didukung dengan para pengajar (muallim) yang ahli di bidangnya, Pondok Pesantren Al Barokah berupaya mencetak santri yang berakhlak mulia. Juga memiliki wawasan keagamaan yang baik dan siap mengabdi untuk agama, bangsa, dan negara.


Sebagai model pondok pesantren mahasiswa, Al Barokah hadir memberikan solusi kepada santri yang didominasi oleh mahasiswa. Sehingga dapat menyeimbangkan setiap kegiatan dan kewajiban yang diamanahkan.


Seiring berjalannya waktu, lembaga ini terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan, pembangunan dan perawatan fisik bangunan. Termasuk tentu saja mempersiapkan santri yang siap menghadapi tantangan zaman. Dan pesantren ini terbuka bagi siapa saja yang mempunyai keinginan atau untuk mempelajari, menghafal, dan mengamalkan Al-Qur’an.


5. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an (PPTQ) As-Sa'adah​​​​​​​


Pondok Pesatren Tahfidzul Qur’an as-Sa’adah didirikan pada Agustus 2014 di bawah asuhan Ny Hj. Husnul Inayah. Lokasinya di Jalan Bandulan Gg I B, Bandulan Kecamatan Sukun, Kota Malang.


PPTQ ini berada di bawah naungan Yayasan Darut Tarbiyah as-Sa’adah yang telah didirikan pada tahun 1992 sebagai lembaga Panti Asuhan Darut Tabiyah As-sa’adah oleh H Sarbini dan Hj Nur Sa’adah. 


Hingga kini, anak-anak panti asuhan sudah banyak yang bekerja dan menikah. Lalu gedung tersebut menjadi Pondok Pesatren Tahfidzul Qur’an as-Sa’adah yang menampung mahasiswi dari berbagai kampus di Kota Malang.


Beberapa kegiatan mendukung disediakan bagi santri tahfidz untuk tetap menjaga hafalan sembari menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa. Di antaranya kegiatan harian seperti setoran hafalan dua kali sehari kepada pengasuh, ujian hafalan dan wisuda tahfidz.


PPTQ As-Sa'adah mendidik para santri hafidlah dengan keilmuan salafiyah. Juga membekali para santri dengan keterampilan keagamaan serta kemampuan bermasyarakat dalam bidang agama.


6. Pesantren Tahfidz Bani Yusuf

​​​​​​​
Pesantren Tahfidz Bani Yusuf didirikan oleh KH Abd Rouf dan diresmikan tahun 2016. Lokasinya di Jalan Joyosuko Metro lll No. 57 A, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Nama Bani Yusuf sendiri diambil dari nama kakek istri pendiri yang memiliki keinginan untuk membangun pesantren Al-Qur'an, bernama KHYusuf Chalil dari Pasuruan.


Saat ini pesantren tahfidz khusus putra ini memiliki daya tampung hingga 70 santri. Mereka ditarget menyelesaikan hafalan Al-Qur'an bersamaan dengan lulusnya studi di 
universtitas masing-masing, karena 95 persen dari seluruh santri di pesantren ini adalah mahasiswa dari beberapa kampus di Kota Malang. 


Pesantren menerapkan sistem dengan mengombinasikan dua pesantren besar. Yakni seperti yang diterapkan di Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an, Tebuireng, Jombang dengan sistem beberapa Pondok Pesantren Al-Qur'an di Kudus, Jawa Tengah. 


Pesantren Tahfidzul Qur'an Bani Yusuf merupakan salah satu pesantren khusus putra yang mewadahi mahasiswa yang berniat untuk menghafal Al Qur'an. Juga mengamalkan, serta mencegah akan hilangnya hafalan atau terjadi kesalahan-kesalahan dalam membaca huruf harakat atau ayat.  Visi yang diemban pesantren ini adalah mencetak para hamilil Qur'an yang berkarakter Qur'ani, berkualitas dan berwawasan luas.
 

6 pesantren di atas menjadi rekomendasi bagi santri yang akan melanjutkan studi ke Kota Malang dengan tetap menjaga hafalan Al-Qur'annya. Tidak semata fasilitas pesantren yang memadai, selama menempuh studi, para mahasiswa dan mahasiswi dapat ditempa dengan gaya pesantren yang khas. Dengan demikian, para santri masih bisa terus menempuh pendidikan tinggi dengan tetap terjaganya pergaulan dan hafalan Al-Qur'an dan kelebihan lain.     

 

Kontributor: Hilyatul Maknunah

Editor: Syaifullah Ibnu Nawawi