Nasional HASIL PENELITIAN

NU Online, Website Organisasi Islam Arus Utama Terproduktif Kelola Konten

Rab, 13 Desember 2017 | 14:30 WIB

Jakarta, NU Online
Hasil penelitian Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) menemukan NU Online sebagai website organisasi Islam arus utama yang paling produktif dalam penyediaan konten (teks). 

Data diambil dari 1 Januari 2016 hingga 20 Oktober 2017, menyebutkan ada lebih dari 17 ribu teks diproduksi oleh NU Online.

Angka tersebut mengungguli suaramuhammadiyah.id yang memproduksi kurang dari 6 ribu teks; dan nw.or.id (Nahdlatul Wathan) dengan jumlah teks tak lebih dari 2 ribu dalam kurun waktu yang sama.

“Penelitian dilakukan selama September hingga November 2017,” kata Agus Triyono, peneliti senior pada PSBPS UMS, melalui sambungan telepon, Selasa (12/12) malam. 

Pada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui Radikalisme di Website Organisasi Islam, Triyono mengapresiasi pengelola NU Online yang menjadikan konten-kontennya sebagai narasi kontra radikalisme.

“Dari postingan di NU Online terlihat kontinyuitas narasi dalam teks yang sangat penting menyajikan upaya kontra radikalisme. Website organisasi Islam lainnya masih terlihat hanya memberitakan kepentingan organisasi mereka saja, sebagai media humas. Beritanya seperti  acara silaturahim tokoh, pengiriman dai, kegiatan kurban,” papar Triyono.

Namun demikian, Triyono memberi masukan, ke depan tokoh-tokoh yang ditampilkan di NU Online diharapkan lebih lebar menyasar masyarakat Muslim.

"Dalam mengenalkan tokoh (hendaknya) tidak hanya dari kalangan NU. Tokoh di luar NU yang berpandangan seperti pandangan NU bisa dimunculkan di NU Online, agar Islam damai bisa tersampaikan ke lebih banyak kalangan,” ungkap Triyono.

Selain website ormas Islam arus utama, penelitian juga menyasar 5 website organisasi Islam kontemporer; dan 9 website organisasi Islam yang tidak berafiliasi dengan ormas arus utama, sehingga terdapat 17 website yang diteliti.

Selain meneliti website, penelitian juga dilakukan dengan mewawancarai 10 editor/pengelola website di Solo, Yogyakarta, Jakarta dan Purwakarta. (Kendi Setiawan)