Nasional

NU Perlu Porsi Besar Dakwah Inovatif dan Adaptif Kekinian

Kam, 19 September 2019 | 18:30 WIB

NU Perlu Porsi Besar Dakwah Inovatif dan Adaptif Kekinian

Foto: NU Online/Nurdin

Purwakarta, NU Online
Metode dakwah yang dikembangan Nahdlatul Ulama (NU) sudah saatnya menjurus pada pengendalian masa depan. Dengan begitu NU akan tetap berdiri kokoh sebagai organisasi dakwah Islam moderat.

Demikian disampaikan Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka, KH Maman Imanulhaq (Kang Maman), yang menjadi narasumber dalam forum seminar nasional pada area Rapat Pleno Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2019 di Pesantren Al-Muhajirin, Cisereuh Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (19/9) malam.

Untuk mengendalikan masa depan, lanjutnya, dakwah warga NU harus memperhatikan empat nilai yakni antisipasi, adaptasi, evolusi, dan inovasi. Selama ini, para pendakwah NU cenderung mengusung nilai antisipasi tanpa memperhatikan tiga nilai (adaptasi, evolusi dan inovasi) yang telah digunakan oleh dai yang menguasai kanal media digital seperti Youtube dan Facebook.

“Daripada kita terus mengantisipasi lebih baik kita mengadaptasi. Saya pernah dampingi Habib Anis dakwah. Dakwah yang dikembangkan olehnya lebih kepada adaptasi sehingga banyak orang masuk Islam karena kita memahami mereka, bukan sekadar awas di sana wahabi, awas di sana syiah, di sana ahmadiyah,” kata Kang Maman saat memaparkan materi di hadapan peserta seminar.

Seorang dai, menurutnya, harus masuk ke dalam bagian persoalan yang dihadapi masyarakat. Mereka juga perlu membangun model strategi yang cocok diterapkan di masyarakat sesuai dengan zamannya.

Seminar nasional ini dihadiri oleh seratus lebih warga NU. Forum ini mengangkat transformasi dakwah di era digital. Narasumber pada forum ini adalah KH Maman Imanulhaq, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian–Maritim Kominfo RI, Septriana Tangkary, dan dai muda NU Aqib Malik (Gus Aqib).

Adapun Septriana Tangkary mengatakan bahwa komitmen NU sangat tampak terkait dengan penguatan pemahaman keagamaan untuk umat muslim di Indonesia.

Menurutnya, seiring dengan perkembangan zaman tantangan yang dihadapi oleh masyarakat juga berbeda sehingga membutuhkan model pendekatan baru.

“Jumlah penduduk kita 2.682 juta. Sementara pengguna internet kita 150 juta orang. Jadi  sangat besar potensinya dalam mengembangkan berbagai hal termasuk dakwah dan usaha,” ujarnya.
 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Alhafiz Kurniawan