Nasional

PBNU Tegaskan Dakwah Tak Boleh Ejek Agama Orang Lain

Kam, 22 Agustus 2019 | 11:30 WIB

PBNU Tegaskan Dakwah Tak Boleh Ejek Agama Orang Lain

Ceramah ustadz (ilustrasi NU Online)

Jakarta, NU Online
Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) mengaskan agar para dai saat berceramah selalu mengajak kepada kebaikan dan dilakukan dengan cara yang baik, bukan sebaliknya, menjelek-jelekkan. Hal itu sebagaimana yang telah diatur dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125, yang terjemahannya berbunyi: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan al-hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

“(Ayat itu mengatakan) mauidhah hasanah (dakwah) bukan mauidhah sayyiah. Jadi, ceramah yang bagus di mana pun dan kapan pun tidak boleh menjelekkan. Dakwah itu mengajak, bukan mengejek,” kata salah seorang pengurus LD PBNU Ustadz Bukhori Muslim di Jakarta, Kamis (22/8).

Menurut Ustadz Bukhori, Islam mengatur segala sendi kehidupan, termasuk larangan mencaci maki atau menjelekkan sesembahan penganut agama lain. Karena begitu pentingnya hal itu, Allah SWT pun mengaturnya sebagaimana yang tertera pada Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 108.

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”

“Itu ayatnya mutlak, tidak pandang bulu, di mana pun dan kapan pun, ada atau gak ada orang kafir, ruang tertutup atau tidak, gak boleh mencaci-maki sesembahan agama lain. Wong itu jelas larangan, kok. Larangan tuh baik menjawab atau tidak menjawab, menjelaskan atau tidak menjelaskan, itu gak boleh,” terangnya.

Kepada masyarakat, ia mengajak agar selalu mengikuti para kiai yang wara’ (sangat menjaga kehormatan dirinya). Kiai-kiai tersebut sangat pantas menjadi panutan.
 
Ia juga meminta agar masyarakat tidak perlu terlibat, apalagi memprovokasi sebuah persoalan yang bukan urusannya.

“Warga masyarakat gak perlu membagi, men-share berita yang gaka ada urusannya. Kemudian kalau ada berita, juga harus dicek dulu, benar atau gak. Khawatir itu ditambah-tambahin,” pungkasnya.

Pewarta: Husni Sahal
Edtor: Abdullah Alawi