Daerah

Dakwah di Papua Barat, KH Thobary Syadzily Disambut Tarian Adat

Sel, 13 Agustus 2019 | 07:30 WIB

Dakwah di Papua Barat, KH Thobary Syadzily Disambut Tarian Adat

KH Thobary Syadzily sedang mengisi pengajian di Papua Barat.

Jakarta, NU Online
Tiba di daerah pesisir Pantai Maibo, Papua Barat, pada Ahad (11/8), KH Thobary Syadzily, langsung disambut oleh Suku Kokoda dengan tarian adat setempat dengan sangat meriah.

Di tempat tersebut, Pengurus Idarah Aliyah Lajnah Tashih Kutub Thariqiyah Jamiyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah al-Nahdliyah (JATMAN) itu mengisi Pengajian Akbar dan Dzikir Sunan Ampel dan Shalawat al-Fatih di Masjid al-Jabal.

Di samping itu, kiai yang juga Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (LF PWNU) Banten itu mengukur ketepatan arah kiblat.

Kehadirannya di Papua Barat tidak hanya pada satu tempat itu saja. Sengaja ia ke sana untuk safari dakwah ke berbagai tempat. Dari Maibo, Kiai Thobary bergerak ke wilayah pedalaman di perkampungan Suku Abun, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Jarak dari pusat kota Sorong menuju kampung tersebut sekitar 150 sampai dengan 200 km.

Dengan menyewa mobil khusus mengingat jalannya yang terjal, kiai asal Banten itu berhasil sampai di wilayah yang mengenal Islam dari Kesultanan Tidore itu.

Menurutnya, ada sekitar 25 persen penduduk Islam di sana. Namun, masih ada yang belum mengenal shalat. Karenanya, ia menghibahkan puluhan buku keislaman untuk kampung tersebut.

Kiai Thobary mula tiba di Sorong pada Ahad (11/8) pagi waktu setempat. Di sana, ia didapuk untuk menyampaikan khutbah Idul Adha di Masjid al-Muttaqin, Jalan Buncis, Kelurahan Malawele, Kecamatan Aimas, Sorong, Papua Barat.

"Saya sampaikan tentang hikmah idul adha dan tentang ahlussunah wal jamaah,"

Kiai Thobary mengaku bahwa kehadirannya di tempat tersebut secara personal karena mendengar kabar kebutuhan dakwah di berbagai tempat di sana. Sebelum menuju ke sana, Kiai Thobary lebih dulu berkoordinasi dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Sorong.

NU di sana, menurutnya, sudah sangat berkembang. Meskipun demikian, harus konsisten bergerak mendakwahkan Ahlussunah wal Jamaah. "Harus bergerak menyebarkan Aswaja dengan ikhlas," katanya.

Pasalnya, ia mengatakan bahwa kondisi di sana rentan disusupi gerakan radikal dengan menawarkan keuntungan material. "NU harus tetap sigap dan waspada menghadapi gerakan radikal," pungkasnya. (Syakir NF/Fathoni)