Nasional

Pembully dalam Pandangan Gus Mus

Ahad, 14 Mei 2017 | 06:00 WIB

Pembully dalam Pandangan Gus Mus

KH Ahmad Mustofa Bisri.

Jakarta, NU Online
Rundungan atau populer disebut bully kian marak seiring berkembang pesatnya media sosial (medsos). Bully tak jarang dilakukan oleh akun-akun palsu di dunia maya yang mengatasnakam orang-orang tertentu. Namun, tidak jarang pula akun asli.

Fenomena maraknya rundungan di media sosial ini mendapat perhatian Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus. Ia mengibaratkan tukang bully seperti orang yang melempar batu ke dalam sumur.

“Pembully ibarat orang yang melempar batu ke dalam sumur. Ia hanya ingin mendengar suara kecipak saat batunya menyentuh air. Jadilah sumur yang dalam,” ujar Gus Mus, Sabtu (14/5).

Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam akun twitter miliknya. Awalnya, Gus Mus merespon kicauan seorang aktris teater Ine Febriyanti. Perempuan berumur 40 tahun itu mengeluhkan ketika dirinya bersikap sopan dan hati-hati di media sosial pun tetap di-bully. 

Pengibaratan Gus Mus tentang pembully mendapat ribuan respon dari para follower-nya. Akun bernama Wisnu Pambudy berusaha menjelaskan maksud kicauan Gus Mus.

“Krn sumur yg dalam tidak mengeluarkan bunyi kecipak saat di lempar batu, & kalaupun berbunyi tdk sampai terdengar di bibir sumur,” cuit Wisnu.

Berbeda dengan Wisnu dan para follower lain, akun bernama Nadine Lidya mencoba untuk mendapat dawuh Gus Mus dengan bertanya bagaimana sikap terhadap para pembully.

“Gus, seperti apakah sikap kita utk menghadapi seseorang yg suka membully kita? diam, menjelaskan, atau berdebat? mohon nasihatnya,” tanya Nadine yang nampaknya belum mendapat respon dari pertanyaanya itu.

Soal bully ini, Gus Mus juga tidak jarang mendapatkannya ketika memberikan sikap dan pernyataan melalui akun media sosialnya. Misal ketika pemuda bernama Pandu Wijaya secara tidak sopan mengomentari cuit Gus Mus dengan berkata, “...Bid’ah ndasmu”.

Namun, Gus Mus tetaplah Gus Mus. Kiai pesantren dan tokoh nasional yang budayawan ini tidak menyimpan rasa dendam sedikit pun. Gus Mus menerima keluarga Pandu yang secara terbuka datang ke rumahnya dan meminta maaf atas perbuatan anaknya.

“Kalau ada yang menghina atau merendahkanmu janganlah buru-buru emosi dan marah. Siapa tahu dia memang digerakkan Allah untuk mencoba kesabaran kita. Bersyukurlah bahwa bukan kita yang dijadikan cobaan,” tutur Gus Mus menanggapi rundungan kala itu. (Fathoni)