Nasional

Pencegahan Radikalisme Harus Jelas dan Tepat Sasaran

Kam, 16 Desember 2021 | 13:00 WIB

Pencegahan Radikalisme Harus Jelas dan Tepat Sasaran

Wakil Ketua Umum PBNU 2010-2015 H As'ad Said Ali.

akarta, NU Online

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015 H As'ad Said Ali berharap, penanganan terorisme dan radikalisme tidak sekedar formalistik, tetapi benar-benar dibuat program yang jelas dan tepat sasaran.

 

Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara di acara Webinar dan Launching Buku: Majelis Taklim Cegah Radikalisasi di Jakarta, Tabu (15/12/2021). 


“Untuk itu saya berharap, para kader Muslimat NU agar benar-benar concern dengan masalah ini, agar radikalisme dan terorisme tidak memiliki ruang berkembang di Indonesia," katanya.


Ia juga mengingatkan bahwa saat ini ada perang pemikiran antara kelompok radikal dengan kelompok Islam moderat yang mengusung ajaran Islam yang damai. Sehingga persoalannya kini bagaimana Muslimat bisa menyebarluaskan ajaran Islam yang damai dan aman sesuai dengan visi NU.


“Itu kan sesuai dengan piagam Madinah. Karena jelas kita menginginkan Islam yang kaffah dalam artian damai dan tentram,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) itu.


As’ad menilai, radikalisme itu justru lebih berbahaya dibandingkan dengan terorisme. Menurutnya, kalau radikalisme itu berkurang, maka terorisme pun otomatis juga akan berkurang.  Selama ini, NU adalah
organisasi Islam terbesar di Indonesia yang menjadi perekat antara Islam dengan negara (Indonesia).


"Saya rasa apa yang dilakukan BNPT untuk merangkul Muslimat NU sudah tepat dan perlu dikembangkan. Apalagi, paham radikalisme dan terorisme telah semakin banyak menyebar target dari golongan muda hingga tua, baik itu secara langsung maupun dengan memanfaatkan kecanggihan di dunia maya," papar tokoh kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 19 Desember 1949 itu.

 

Sementara itu, Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar melihat sumber ketahanan agar tidak terpengaruh paham radikal dan terorisme sewajarnya dapat hadir pertama kali dari lingkungan keluarga dan kemudian dari lingkungan pendidikan yaitu sekolah.


"Jangan sampai anggota keluarga ini ikut kegiatan mengarah pada kejahatan termasuk terorisme. Peran pendidikan dari keluarga oleh orang tua, ayah dan ibu ini pertahanan utama," ujarnya.


Kemudian ketahanan dalam menangkal virus radikal dan terorisme juga datang dari tokoh agama yang selalu mengajarkan pentingnya moderasi beragama. Moderasi beragama merupakan konsepsi yang dapat membangun sikap toleran dan rukun guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. 


"Toleransi itu lawannya intoleran. Teroris itu punya kencenderungan yang kuat sebagai intoleran. Untuk itu harus dibangun semangat berempati dan bangun pengertian satu sama lain dan saling menghargai," jelasnya.


Untuk itu, BNPT berkolaborasi denna PP Muslimat NU membahas upaya penguatan kerja sama yang dapat dilakukan di bawah payung Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) Pencegahan Tindak Pidana Terorisme.


Boy menilai organisasi perempuan di bawah naungan NU itu mampu membentengi Indonesia dari radikalisme dan terorisme.


Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Syakir NF