Nasional TWEET TASAWUF

Pentingnya Terus Bersyukur Bagi Setiap Muslim

Rab, 31 Juli 2019 | 16:15 WIB

Pentingnya Terus Bersyukur Bagi Setiap Muslim

Ilustrasi (via iStock)

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim menekankan pentingnya bersyukur bagi setiap Muslim. Karena menurutnya, amalan tersebut dapat mendekatkan diri kepada Allah dan menambah kemuliaan di sisi-Nya.

“Terus bersyukur, bertambah usia, ilmu dan iman. Bertambah dekat kepada Allah SWT, bertambah kemuliaan hati melimpah, hingga bertambah tak peduli pada selain Allah, hingga sangat-sangat peduli kepada selain-Nya karena Dia. Terus bersyukur karena memandang-Nya dibalik Ciptaan-Nya,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Rabu (31/7) lewat twitternya.

Menurut Direktur Sufi Center itu, siapa yang tidak bersyukur, tidak akan bersabar. Siapa yang tidak bersabar tidak akan tawakal. Siapa yang tidak tawakal tidak bisa ridho kepada-Nya, siapa yang tidak ridho kepada-Nya, ia tak akan mengembalikan diri kepada-Nya.

“Yang tidak bisa kembali kepada-Nya, tidak akan bisa melihat-Nya,” jelas Kiai Luqman.

Mengapa orang yg tidak bersyukur jadi tersiksa? Menurutnya, karena ia telah terhijab dari Sang Pemberi Nikmat. Hakikat siksa adalah terhijab dari-Nya.

“Seluruh nikmat yang dianugerahkan padamu agar kamu dekat kepada-Nya dan memandang-Nya. Semua siksa yang menimpamu, karena engkau jauh terhijab dari-Nya,” ungkap penulis buku Jalan Ma’rifat ini.

Lebih jauh Kiai Luqman menjelaskan bahwa perilaku syukur juga harus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena sebagai warga negara, tahap bersyukur merupakan hal penting.

Ia melihat, bangsa Indonesia ini lebih yakin kepada diri sendiri, pada persoalan moneter, perusahaan, dan kekuasaan. Tahap bersyukur merupakan langkah penting untuk memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki negara.

“(Kita) lebih yakin pada diri sendiri, pada moneter, pada perusahaan, dan pada kekuasaan,” tutur Praktisi Tasawuf ini.

Dengan kata lain, menurut Kiai Luqman, bangsa ini mengalami krisis syukur kepada Allah. Hal ini tidak sebanding dengan ungkapan rasa syukur bangsa ini pada situasi dan dukungan yang hadir kepadanya.

“Bangsa ini mengalami krisis syukur kepada Allah, lebih syukur pada situasi dan dukungan. Bangsa ini krisis ikhlas, lebih senang dengan riya' dan takjub diri,” tandasnya. (Fathoni)