Nasional

Maestro Musik Indonesia Ajak Warga Berdakwah lewat Lagu

Jum, 26 Juli 2019 | 21:00 WIB

Maestro Musik Indonesia Ajak Warga Berdakwah lewat Lagu

Musisi Andi Bayou dalam Ngaji Budaya di Haul Kyai Ageng Raden Haji Khasan Mimbar, Senin (22/7).

Tulungagung, NU Online
Siapa yang tak kenal Andi Bayou, maestro musik Indonesia yang karyanya sudah dikenal di mancanegara. Sebagai produser musik, arranger, komposer, dan produser album sudah banyak musisi papan atas yang pernah dipegangnya. Di antaranya adalah Iwan Fals, Syahrini, Rio Febrian, Nicky Astria, Mayangsari, Judika, Dewi Sandra, Mus Mujiono, Warna, dan Sheila On 7.
 
Salah satu karya Andi Bayou adalah My Spiritual Journey: Finding The Light. Lagu itu yang menggambarkan perjalanan spiritual untuk menemukan jati diri. Bagaimana seorang hamba merasa jiwanya kosong meski kebutuhan duniawi sudah tercukupi.
 
"Saya keliling dunia mencari kepuasan hidup namun semuanya ternyata kosong. Saya merasa hidup kembali saat menelusuri jejak leluhur, yang kebanyakan dari mereka berdakwah dan mengajar ilmu agama," kata Bayou saat Ngaji Budaya di Haul Kyai Ageng Raden Haji Khasan Mimbar, Senin (22/7).
 
Lalu dalam lagu You Are The One, Bayou mengajak pendengarnya untuk memaknai tauhid. Tuhan semesta alam yang menciptakan manusia adalat dzat yang tunggal, Allah itu Maha Esa.
 
Lagu Java War yang dirilisnya beberapa tahun lalu, terinspirasi dari perjuangan Pangeran Diponegoro yang kental dengan nuansa Islam sufistiknya. Bahkan dari lagu ini, ia dinominasikan sebagai pencipta karya produksi progresif terbaik Anugerah Musik Indonesia (AMI) Award 2018.
 
Pria kelahiran Yogyakarta 47 tahun lalu ini juga masuk nominasi penghargaan AMI Award 2017 untuk kategori musisi Jazz Instrumental terbaik bersama dengan maestro jazz Indonesia Indra Lesmana, Dwiki Dharmawan, Dewa Budjana, Tohpati dan Indro Hardjodikoro.
 
Tahun 2016 ia menyabet dua nominasi AMI Award kategori Artis Jazz Instrumental Terbaik dan Karya Produksi Instrumental Terbaik di lagu Welcome to The Sea of Love.
 
Yang menarik dari dirinya adalah setelah melanglang buana ke berbagai belahan dunia hingga berkolaborasi dengan personel Zen Land band asal Amerika, ia menemukan lentera cahaya hidup.
 
"Sebagaimana lagu Sebelum Cahaya Mas Noe Letto, saya juga menemukan cahaya atau jati diri selama ini setelah saya cari-cari," ungkapnya sambil melirik Gus Sabrang, nama asli Noe Letto, yang saat itu ada di sampingnya.
 
Ia mengungkapkan, semua hal yang telah dilakukannya selama ini terasa hampa tanpa adanya cinta. Cinta kepada Allah (habluminallah) dan cinta terhadap sesama manusia (habluminannas).
 
"Bagi saya semua momen itu punya makna yang berbeda-beda. Dari awal saya berkecimpung di musik, tiap tahunnya berkesinambungan. Jadi saya pengen, kalau gajah mati meningglkan gading, kalau saya mati pengen meninggalkan manfaat," pungkas pria yang masih keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono II ini. (Bagus Rosyid/Kendi Setiawan)