Nasional

Perempuan Ateis Asal Tiongkok Ini Kagumi Budaya Pesantren

Sen, 30 Januari 2023 | 15:00 WIB

Perempuan Ateis Asal Tiongkok Ini Kagumi Budaya Pesantren

Ariel Luo (Di tengah berbaju putih) bersama pengurus Pesantren Matholiul Anwar, Lamongan, Jawa Tengah, Sabtu (28/1/2023). (Foto: Dok PCINU Tiongkok).

Jakarta, NU Online  
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok dan Sino-Nusantara Institute bekerja sama dengan Pondok Pesantren (PP) Matholiul Anwar Simo, Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur menyelenggarakan program pertukaran pemuda Tiongkok-Indonesia, pada 17-28 Januari 2023.

 

Adalah Ariel Luo, perempuan asal Tiongkok yang menjadi penerima manfaat program perturkaran pelajar selama dua minggu itu. Profesional muda yang kini bekerja di perusahaan Tiongkok di Jakarta itu mendalami kajian islam, tradisi dan budaya Indonesia.

 

“Saya tak habis pikir, santri di pesantren beraktivitas sehari-hari mulai jam 3 dini hari hingga 11 malam, 20 jam non-stop untuk belajar dan lainnya” Ungkap Ariel Luo, perempuan asal Hubei, Tiongkok dalam keterangannya, diterima NU Online, Senin (30/1/2023).

 

Selama bermukim di pesantren, Ariel tinggal di kediaman KH Khotib Sholeh, selaku pengasuh di komplek pesantren tersebut. Ia mengikuti jadwal aktivitas di pesantren, mulai dari bangun sebelum Subuh hingga tidur malam sekitar jam 10.

 

Di sela-sela mempelajari budaya dan keislaman di pesantren, Ariel yang ateis tersebut juga berbagi budaya dan bahasa mandarin di tiga lembaga pendidikan di bawah naungan Pesantren Matholiul Anwar.

 

Tiga lembaga pendidikan tersebut adalah Madrasah Aliyah Matholiul Anwar, SMK NU 1 Karanggeneng dan Universitas Islam Darul Ulum (Unisda).

 

Ariel juga diajak berkeliling ke desa-desa sekitar pesantren, melihat langsung pola interaksi dan budaya keseharian masyarakat setempat, termasuk tradisi ziarah di makam Sunan Drajat, salah satu makam Walisongo yang berada di Lamongan.

 

Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, saban hari Ariel berdiskusi intens terkait keislaman dengan beberapa pengasuh pesantren. Bermodal dengan Bahasa inggris yang fasih, ia menanyakan banyak hal, dari isi Al-Qur’an, ritual dalam beribadah, hingga permasalahan sehari-hari dan respons islam menjawabnya.

 

Rais Syuriyah PCINU Tiongkok, Ahmad Syaifuddin Zuhri berharap program besutannya tersebut dapat membangun pemahaman antarbudaya dua negara.

 

“Program ini diharapkan tidak hanya belajar budaya di pesantren saja, tapi juga ke depan kita harapkan tercipta saling memahami antar budaya dua negara. Dengan belajar langsung, bisa tercipta kesadaran bersama untuk selalu mengenal satu sama lainnya,” ujar Zuhri.

 

Zuhri mengatakan, pihaknya berterima kasih atas dukungan segenap pihak atas suksenya program tersebut. Ke depan, ia bakal gencar mempromosikan pertukaran pemuda dua negara Indonesia-Tiongkok.

 

“Menjadi salah satu jembatan antar warga masyarakat kedua negara,” ujar Direktur Sino-Nusantara Insitute itu.

 

Sementara Perwakilan Yayasan Ponpes Matholiul Anwar, Hafidh Nasrullah, sangat mengapresiasi kepercayaan sebagai host program tersebut. Besar ia berharap, kegiatan dapat berkelanjutan melalui silaturahim, dakwah, dan networking yang terjalin.

 

“Santri-santri mendapat inspirasi dan motivasi langsung dari orang luar, sehingga santri mendapat tambahan wawasan yang luas, terbuka dan juga mendapat langsung pengetahuan budaya yang beragam,” tutupnya.

 

Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi