Nasional

Perjuangan Rina, Pekerja Migran Indonesia di Arab Saudi untuk Bisa Pulang ke Tanah Air

Sab, 11 November 2023 | 13:00 WIB

Perjuangan Rina, Pekerja Migran Indonesia di Arab Saudi untuk Bisa Pulang ke Tanah Air

Rina Nurliyanti Salim (kanan) bersama anak dan tim LAZISNU PBNU usai tiba di rumahnya di Sumedang Jawa Barat, Jumat (10/11/2023) (Foto: LAZISNU)

Jakarta, NU Online
Menjadi pekerja migran bagi Rina Nurliyanti Salim bukanlah sebuah keinginan. Namun, keadaan ekonomi mendorongnya untuk berangkat ke Arab Saudi sebagai buruh migran pada 27 September 2007. Dia berharap kepergiannya ke Arab Saudi akan mengubah nasib lebih baik bagi keluarganya, terutama setelah kegagalan rumah tangga dengan sang suami, padahal mereka memiliki tanggungan dua orang anak.


Setiba di Arab Saudi, perjalanan Rina tidaklah mudah. Masalah muncul ketika istri majikan merasa tidak nyaman dengan kehadiran Rina yang dianggap terlalu muda. Penderitaan Rina mencapai puncaknya ketika setelah bekerja selama lima bulan, dia diusir oleh istri majikannya tatkala majikannya ke luar kota. Untungnya, Rina bertemu dengan orang Indonesia.


Dengan keahlian menjahit yang ia miliki, ia dapat melanjutkan hidupnya dengan bekerja sebagai penjahit hingga tahun 2015. Setelah itu ia ganti majikan baru dengan pekerjaan yang sama yaitu menjahit.


Perjalanan hidup Rina berubah pada tahun 2016 ketika dia diperkenalkan kepada seorang pria Suriah yang akhirnya menjadi suaminya. Namun, penderitaan baru dimulai setelah melahirkan seorang anak pada tahun 2018. Rina mengalami sakit berkepanjangan dan puncaknya pada pertengahan tahun 2020 lehernya tidak bisa digerakkan dan bahkan didiagnosis mengalami kecacatan.


Tidak cukup sampai di situ, suami Rina juga mengalami sakit bahkan harus pulang ke negaranya yaitu Suriah. Pada tahun 2021, Rina menerima kabar bahwa suaminya meninggal akibat Covid-19.


Merasa telah kehilangan semua harapan, Rina berencana pulang ke Indonesia. Namun, kendala muncul saat dia diminta membayar 6000 real atau sekitar Rp19.000.000 untuk pembuatan SPLP di KJRI Jeddah.


"Saya sudah berusaha minta tolong ke sana ke mari dari 2021 semuanya ditolak karena nggak ada uang. Semua butuh uang, kalau nggak ada uang nggak ada yang proses apalagi yang melirik, semua dipandang sebelah mata," ujarnya di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2023).


Berbagai upaya permohonan bantuan dilakukan Rina. Banyak koordinasi dan surat permohonan dibuat, tetap saja uang menjadi hambatan utama. Keadaan menjadi baik saat ia meminta relawan dan menghubungi Ketua Umum BUMINU Sarbumusi Ali Nurdin. Rina pun berangsur-angsur terlepas dari kesulitan. Bantuan terus berdatangan dari berbagai pihak, termasuk Radio Reza FM Jeddah. Pada tanggal 30 Oktober, Rina akhirnya mendapatkan Exit Permit dari Pemerintah Arab Saudi.


Sarbumusi kemudian berkoordinasi dengan LAZISNU PBNU dalam upaya pemulangan Rina ke kampung halamannya di Sumedang, Jawa Barat. Pada Jumat (10/11/2023), Rina pun tiba di kampung halamannya.

 

"LAZISNU bekerja sama dengan Sarbumusi melakukan penjemputan dan pengantaran kepada Rina Nurliyanti Salim yang selama tiga tahun terlunta-lunta di Arab Saudi. Berkat kerja sama Sarbumusi dan LAZISNU PBNU, alhamdulillah Ibu Rini bisa dipulangkan ke Tanah Air. LAZISNU PBNU, selain membantu tiket kepulangan juga membantu kursi roda," ujar Direktur Eksekutif NU Care-LAZISNU Qohari Cholil di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2023).


Qohari berharap dengan pulang ke tanah air bisa menjadi ketenangan batin bagi Rina, sebab sudah berkumpul dengan keluarga dan disembuhkan penyakitanya. 


Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Federasi Buruh Migran Nusantara Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (F-Buminu Sarbumusi) Ali Abdurrahman berharap apa yang dialami oleh Rina menjadi cermin bagi Pemerintah untuk dapat memberikan perlindungan yang lebih baik kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI).


Pemerintah juga hendaknya lebih peka dan membuka hati terhadap kondisi pekerja migran yang sedang mengalami kesulitan.


"Seperti yang kita ketahui bahwa pekerja migran adalah penyumbang devisa kedua terbesar setelah migas. Jadi sewajaranya Pemerintah memberikan perlindungan yang konkret, yang nyata, jangan sampai ada Rina-Rina lain," jelasnya.