Nasional MUKTAMAR PEMIKIRAN SANTRI

Perlu Keseimbangan Materi dan Metodologi Berpikir dalam Pembelajaran Pesantren

Rab, 14 Oktober 2020 | 11:00 WIB

Perlu Keseimbangan Materi dan Metodologi Berpikir dalam Pembelajaran Pesantren

Bangunan keilmuan pesantren perlu kembali dirancang agar tradisi keilmuan pesantren tidak hilang dan terus diperkaya dengan wawasan dan perspektif pengetahuan baru. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online

Pengembangan keilmuan pesantren mestinya tidak sebatas pada transmisi materi pengetahuan saja, tetapi juga sampai pada tahap metodologinya. Pasalnya, banyak santri mengaji kitab yang sama, tetapi pemahaman mereka berbeda.

 

Melihat hal tersebut, Nyai Hj Badriyah Fayumi menegaskan perlunya keseimbangan antara pengetahuan materi dan metode.

 

"Pengembangan keilmuan yang lebih menyeimbangkan antara materi dan metode," katanya saat menjadi narasumber pada Muktamar Pemikiran Santri Nusantara Seri 3. Muktamar ini dalam rangka Hari Santri yang mengangkat tema Strategi Pengembangan Pendidikan Pesantren Pasca Lahirnya UU Pesantren Nomor 18 Tahun 2019, berlangsung Selasa (13/10).

 

Tentu tidak serta merta pengetahuan demikian diberikan di setiap jenjang pendidikan. Menurutnya, perlu membuat penjenjangan desain kurikulum penguasaan materi di tingkat tsanawiyah, sedang di tingkat dasar perlu ditanamkan penguasaan karakter atau pembinaan karakter. Sementara di tingkat aliyah, menurutnya, perlu penekanan lebih kepada metodologi.

 

"Dan itu akan merangkum semuanya dan menghasilkan produksi pengetahuan baru,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina, Jatiwaringin, Bekasi, Jawa Barat itu.

 

Nyai Badriyah menyampaikan bahwa salah satu problem pesantren saat ini dalam soal keilmuan adalah menyediakan porsinya lebih banyak pada reproduksi pengetahuan daripada terus mempergiat produksi pengetahuan. "Ini tantangan keilmuan di pesantren menurut saya," katanya.

 

Oleh karena itu, pada titik ini, ia sangat berharap bangunan keilmuan pesantren dapat kembali dirancang agar tradisi keilmuan pesantren tidak hilang dan terus diperkaya dengan wawasan dan perspektif pengetahuan baru.

 

"Ilmunya sama, hadisnya sama, tetapi disampaikan kepada para santri bersamaan dengan transformasi pengetahuan. Itu PR," kata Ketua Dewan Pengarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) itu.

 

Sementara itu, Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Reza Ahmad Zahid menyampaikan bahwa perubahan di lingkungan pondok pesantren tidak menggesernya dari rel utama, tetapi hanya bentuk pengembangan saja.

 

Penambahan materi ajar yang diberikan tidak menghilangkan materi dasar yang sudah menjadi tradisi turun-temurun sampai sekarang masih tetap eksis dengan berbagai kekhasannya. "Apa pun perkembangan yang terjadi, pondok pesantren tidak pernah mengubah prinsip dan spiritnya," tegas Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur itu.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan