Nasional

Pilihan dalam Pemilu, Ketua PBNU: Cintai dan Benci Sewajarnya

Sab, 3 Februari 2024 | 09:00 WIB

Pilihan dalam Pemilu, Ketua PBNU: Cintai dan Benci Sewajarnya

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pendidikan Prof Moh Mukri (Foto: dok istimewa)

Bandarlampung, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Pendidikan Prof Moh Mukri mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjadi agen-agen perdamaian ada pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.

 

Upaya mewujudkan kesejukan ini bisa dilakukan dengan saling menghargai perbedaan pilihan dan tidak berlebih-lebihan dalam menyanjung pilihannya dan membenci yang bukan pilihannya.

 

"Cintai dan benci sewajarnya saja. Karena perjalanan ke depan dari kita tidak ada yang tahu. Bisa jadi yang sekarang dipuja-puja, besok berseberangan dengan kita. Sebaliknya, yang sekarang berseberangan, besok malah menjadi teman kita," ungkapnya pada Jumat (2/2/2024).

 

Hal ini menurutnya sesuai dan selaras dengan sebuah hadits Nabi Muhammad  yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yakni "Ahbib habibaka haunan ma, 'asa an yakuna baghidhaka yauman ma. Wa abghidh baghidhaka haunan ma, 'asa an yakuna habibaka yauman ma".

 

"Cintailah kekasihmu itu sekadarnya saja, boleh jadi kamu akan membencinya suatu ketika. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya saja, boleh jadi kamu akan mencintainya suatu ketika," katanya.

 

Sikap inilah lanjutnya, wujud dari sikap moderat yang diajarkan dalam Islam. Segala sesuatu yang berlebih-lebihan jelasnya bisa dipastikan akan memunculkan dampak yang negatif, sehingga umat Islam dididik untuk menyikapi segala sesuatu dengan proporsional.

 

Setiap manusia, khususnya pada calon legislatif, calon presiden dan wakil presiden yang ikut berkontestasi, dipastikan memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk menghindari berlebih-lebihan dalam dukung mendukung, setiap individu harus bersikap sewajarnya dengan tidak terlalu menyanjungnya dan merendahkan pilihan orang lain.


"Semua kontestan Pemilu merupakan SDM Indonesia yang terbaik yang dibuktikan telah melewati proses panjang dan penuh pengorbanan hingga sampai pada titik ini," jelasnya.

 

Tugas dari pemilik suara hari ini adalah memastikan bahwa pilihannya diberikan kepada yang terbaik berdasarkan hati nuraninya. Bukan karena paksaan dan atau faktor-faktor lain yang menjadikan suara berharganya tersebut lari kepada pilihan yang tak sesuai hati nuraninya alias salah pilih.

 

Doa agar tidak salah pilih
Dalam tulisan NU Online: Inilah Doa Jelang Pemilu agar Tak Salah Pilih Pemimpin, disebutkan bahwa pemimpin adalah hal penting dalam kehidupan masyarakat. Karena itu, menentukan pilihan terhadapnya nyaris sama dengan menentukan masa depan. 

 

Oleh karena itu, masa menjelang pemilihan umum (pemilu), baik pilpres atau pileg saat ini menjadi momen krusial untuk berupaya menjatuhkan pilihan kepada yang terbaik. 

 

Selain mencermati dengan akal sehat, menghindari politik uang atau praktik kotor lainnya, seyogianya ikhtiar berupa doa juga dipanjatkan oleh calon pemilih. 

 

Mustasyar PBNU KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) memberikan doa yang bisa dibaca saat akan memberikan suara di Pemilu. Gus Mus menganjurkan untuk membaca istighfar sebelum berdoa dengan doa berikut ini:

اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا - بِذُنُوْبِنَا - مَنْ لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُناَ

Allahumma lâ tusallith 'alainâ—bidzunübinâ—man lâ yakhâfuKa walâ yarhamunâ.

Artinya: “Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah Engkau kuasakan (jadikan pemimpin) atas kami—karena dosa-dosa kami—orang yang tidak takut kepadaMu dan tidak mempunyai belas kasihan kepada kami.