Nasional

Positif Negatif Biaya Tanggungan Industri Tembakau

Sel, 11 April 2023 | 21:30 WIB

Positif Negatif Biaya Tanggungan Industri Tembakau

Ilustrasi tembakau. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

Eksternalitas merupakan biaya yang harus ditanggung atau manfaat tidak langsung yang diberikan suatu pihak akibat aktivitas ekonomi. Industri tembakau memiliki eksternalitas negatif. Namun, di sisi lain, industri ini juga memiliki eksternalitas positif sangat besar.


Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Minuman, Tembakau, dan Penyegar Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Edy Sutopo pada Focus Group Discussion (FGD) RUU Kesehatan: Nasib Petani dan Industri Tembakau di Park Hotel Cawang, Jakarta, Selasa (11/3/2023).


"Industri tembakau memiliki eksternalitas negatif, namun di sisi lain eksternalitas positif sangat besar. Industri hasil tembakau ini dilakukan banyak sekali pengaturan regulasi-regulasi lebih dari 300 perundangan. Kita melihat bahwa dampak positif industri tembakau sangat besar," ujarnya.


Ia mengatakan dalam melakukan kebijakan terkait tembakau, perlu melihat kemaslahatan industri hasil tembakau. Sehingga dalam melakukan kebijakan ini perlu melakukan pengendalian yang terukur.


"Dalam arti bahwa agar dampak dari positif dari keberadaan industri ini dapat diperoleh secara maksimal,  di sisi lain dampak negatif dapat terkendali. Kebijakan ini jangan sampai mematikan industri hasil tembakau, dampak sangat luas bagi bangsa Indonesia. Karena industri ini memiliki kontribusi terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja," imbuhnya.


Edy mengungkapkan bahwa di Indonesia telah beroperasi sekitar 1100 unit usaha dari industri hasil tembakau, 78 % merupakan industri kecil, 14 % industri sedang, 8 % berskala besar. Kemudian industri hasil tembakau menghasilkan 400.000 ton tembakau tiap tahun, melibatkan tidak kurang 500.000 petani tembakau, melibatkan 900.000 kepala keluarga dari petani cengkeh, dan tenaga kerja langsung sekitar lebih dari 500.000 orang.


"Orang-orang yang menggantungkan hidupnya dari industri hasil tembakau dari pendapatan mereka, mereka membelanjakan makanan, minuman, perumahan, itu menggerakkan sektor perekonomian. Kontribusi terhadap penerimaan negara pada tahun 2022, cukai diperoleh pendapatan negara sekitar 218 triliun, kalau ditambah dengan pajak tembakau bisa mencapai sekitar 280 triliun, dan ini kontribusi daripada penerimaan negara dari pajak lebih dari 10 persen," jelasnya.


Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dari tahun ke tahun devisa juga terus meningkat lebih dari 1 miliar USD, penerimaan negara dari pajak semula di tahun 2010 masih 63,3 triliun menjadi 218 triliun pada tahun 2022. Kemudian pertumbuhan industri hasil tembakau dalam kurun waktu 2010-2022 mengalami kontraksi, di mana pada tahun 2020 terjadi pertumbuhan -57,8 %, dan pada tahun 2021 -1,32 %.


"Kontribusi industri hasil tembakau terhadap pembentukan domestik bruto ini cukup besar di mana pada tahun 2019 lebih dari 5% kontribusinya, namun sejak pandemi hingga saat ini kontribusinya menurun. Kalau kita lihat bahwa bahan kebutuhan kita sekitar 427.000 ton, di mana produksi dalam negeri sebesar 261.000 ton, dipasok ke dalam negeri sebesar 219.000 ton," ungkapnya.


Dari bahan baku tersebut pada tahun 2022 dihasilkan sebesar 335 miliar batang, di mana 323 miliar batang untuk memenuhi kebutuhan dari dalam negeri, dan sisanya di ekspor dengan devisa lebih dari 1 miliar usd.


"Kalau kita lihat kinerja industri tembakau ini, dari sisi produksinya ini juga terdapat kecenderungan untuk makin menurun, demikian juga jumlah perusahaan industri, pada tahun 2007 lebih dari 4000 perusahaan, pada tahun 2022 hanya 1100 perusahaan," paparnya.


Ia memaparkan bahwa terkait dengan kebijakan cukai hampir setiap tahun terus dilakukan kenaikan tarif cukai. Kenaikan tersebut serta merta bisa diikuti dengan kenaikan dari penjualan harga rokok.


"Kalau kebijakan ini makin diperketat, harapan kita untuk mendapatkan dampak positif, justru nanti dampak positif dari sisi ekonomi tidak akan kita peroleh, bahkan akan hilang, mungkin akan turun, dan dampak terhadap ekonomi tidak akan berhenti begitu saja. Tentunya dampak ekonomi akan berdampak secara luas, terhadap masalah sosial," pungkasnya.


Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Syakir NF