Nasional MUTIARA HATI

Prof Quraish Shihab Jelaskan Tiga Macam Puasa

Rab, 29 April 2020 | 09:40 WIB

Prof Quraish Shihab Jelaskan Tiga Macam Puasa

Muhammad Quraish Shihab. (Foto: via Narasi TV)

Jakarta, NU Online
Puasa pada hakikatnya menahan diri. Ibadah puasa memberikan pembelajaran berharga bagi seseorang dari sisi akidah, sosial, masyarakat, dan lain sebagainya.

Ditilik dari fungsinya, Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) Muhammad Quraish Shihab menjelaskan, puasa terdiri dari tiga macam. Pertama adalah puasa ruwah, yaitu puasa yang mempersingkat angan-angan.

Kedua adalah puasa akal. Dengan puasa ini, kata Prof Quraish, manusia diajak untuk menampik ajakan nafsu.

"Ketiga adalah puasa pancaindra, yakni menahan diri dari makan, minum, serta seks pada waktu tertentu," ucap Penulis Tafsir Al-Misbah ini dalam program Mutiara Hati yang tayang di SCTV selama Ramadhan.

Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa puasa adalah tirai penghalang yang diciptakan Allah terhadap lidah, pendengaran, penglihatan, perut dan alat kelamin guna menghalangi manusia terjerumus ke neraka dan mengantarnya ke surga.

"Satu yang perlu diingat, jangan berpuasa meninggalkan shalat. Karena shalat mengantarkan Anda ke pertengahan jalan," ucapnya.

"Puasa juga menjadikan kita di depan pintu Ilahi. Dan zakat membimbing Anda masuk ke hadirat-Nya," kata Quraish Shihab di akhir kultumnya.

mengungkapkan, ibadah puasa adalah berupaya meneladani sifat Allah sesuai kemampuan kita sebagai manusia. Allah tidak makan, minum, dan juga tidak memiliki pasangan. Menurut Quraish Shihab hal-hal itulah yang pertama diteladani oleh seorang Muslim dalam puasanya.

"Tetapi bukan hanya itu. Allah Maha Kasih, karena itu limpahkanlah kasih kepada sesama makhluk. Allah juga Maha Pengampun dan Pemaaf. Maka berilah pengampunan dan pemaafan kepada siapa yang bersalah," ungkap Prof Quraish.

Dia Allah juga maha suci. Maka upayakanlah mewujudkan kesucian dalam hidup ini. Suci adalah gabungan tiga hal, yaitu baik, benar, dan indah.

Beragama menurut sementara pakar adalah upaya manusia meneladani sifat-sifat Allah sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk.

Dalam hal ini, kekuasaan Allah baik dalam wujud ayat-ayat qauliyah (wahyu) maupun ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda alam) bisa menjadi washilah bagi manusia merenungi sekaligus memanfestasikan sifat-sifat Allah.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon