Nasional

Prof Quraish Shihab: Membaca Tidak Harus Tertulis dalam Aksara

Jum, 25 November 2022 | 22:00 WIB

Prof Quraish Shihab: Membaca Tidak Harus Tertulis dalam Aksara

Cendekiawan Muslim Indonesia Prof HM Quraish Shihab. (Foto: YouTube Quraish Shihab)

Jakarta, NU Online
Cendekiawan Muslim Indonesia Prof HM Quraish Shihab memaknai iqra’ pada kata pertama Surat Al-Alaq yang berarti bacalah. Makna membaca dalam ayat ini tidak hanya membaca teks saja yang menyertakan tulisan. Membaca tidak harus dari sesuatu yang tertulis dalam bentuk aksara-aksara.


“Membaca surat Al-Fatihah sewaktu shalat tidak menyertakan tulisan atau kertas di depannya. Mengucapkan sesuatu yang terhimpun di dalam benak baik terdengar orang lain maupun hanya didengar oleh benak maka itu adalah membaca,” tutur Prof Quraish dalam tayangan YouTube Quraish Shihab, Kamis (24/11/2022) malam.


Prof Quraish menjelaskan, iqra’ awalnya terambil dari kata qara’a yang biasa diterjemahkan dengan membaca. Qara’a yang diartikan membaca itu pada mulanya berarti menghimpun. Jika diteliti bahwa membaca hakikatnya adalah menghimpun. Kata membaca secara umum diartikan dengan melihat suatu teks untuk diucapkan.


“Tetapi, anehnya Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dalam arti melihat teks. Dalam riwayat disebutkan Nabi dipeluk Malaikat Jibril dan disuruh membaca. Beliau menjawab tidak bisa membaca,” terangnya.


“Bahkan, sampai diutus untuk membaca hingga 3 kali. Lantas, Nabi berkata apa yang harus dibacanya? Kemudian malaikat melanjutkan dengan berkata, bacalah demi Tuhanmu yang memelihara kamu,” sambung doktor jebolan Universitas Al-Azhar Mesir ini.


Prof Quraish menambahkan, ketika Tuhan memerintah Nabi untuk membaca tidak lah disebutkan objeknya. Karena Tuhan memerintahkan untuk membaca apa saja, tetapi kaitkan bacaan tersebut dengan niat memperoleh bantuan Tuhan.


Menurut Prof Quraish, para pakar untuk mencapai kemajuan dalam membangun peradaban diperlukan seseorang yang banyak membaca. Membaca bukan hanya dari sesuatu yang tertulis, tetapi segala sesuatu yang dapat dilihat itu hendaknya dapat dibaca.


“Ketika memandang raut muka seseorang dapat terlihat jika ia marah. Bisa juga memperhatikan alam raya dapat digunakan untuk membaca alam. Jika ingin maju dan membangun peradaban, maka bacalah dalam arti pandanglah sesuatu, pelajari, dan tariklah kesimpulan dari apa yang dilihat dan dibaca,” terangnya.


Makna kata ‘membaca’ juga diterangkan dalam jurnal Ad-Daulah 2016 yang ditulis Dahlia Patiung, bahwa membaca bukan sekadar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja.


“Akan tetapi, lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang, tanda, atau tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pembaca,” tulisnya.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori