Nasional

PSBB Bisa Dilonggarkan Jika Sepekan Lebih Kasus Covid-19 Menurun

Jum, 8 Mei 2020 | 05:45 WIB

PSBB Bisa Dilonggarkan Jika Sepekan Lebih Kasus Covid-19 Menurun

PSBB DKI Jakarta. (Foto: Antara)

Jakarta, NU Online
Kasus virus corona penyebab Covid-19 di Indonesia sudah memasuki 66 hari lamanya pada Jumat (8/5) sejak kasus pertama diumumkan pemerintah pada 2 Maret 2020. Namun, kasus demi kasus yang diumumkan pemerintah setiap harinya belum menunjukkan angka penurunan signifikan.

Namun demikian kabar baiknya, angka kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sedangkan angka kematian relatif bisa ditekan sehingga jumlah terus mengalami penurunan.

Seluruh masyarakat tentu mengharapkan wabah virus corona segera berakhir. Menurut Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), dr Syahrizal Syarif, wabah bisa dikatakan berakhir jika dalam 28 hari tidak ada satu pun kasus baru.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesehatan ini juga menegaskan bahwa kebijakan large-scale social restrictions atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bisa dilonggarkan jika lebih dari sepekan atau 14 hari kasus terus mengalami penurunan.

“Wabah berakhir jika dalam 28 hari tidak dilaporkan 1 pun kasus baru. Namun, PSBB bisa dilonggarkan jika dalam waktu lebih dari 14 hari kasus harian terus menurun,” jelas Syahrizal kepada NU Online di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan bahwa pada 5 Mei 2020 Gugus Tugas Nasional Pencegahan Covid-19 melaporkan kasus harian tertinggi, yaitu 484 kasus.

“Ini artinya Indonesia menjadi satu-satunya negara di ASEAN yang masuk kembali menjadi negara dengan wabah belum terkendali,” ungkap Syahrizal.

Jadi, menurutnya, kasus harian yang dilaporkan tidak menggambarkan kasus harian. Beberapa saat lalu sempat terjadi antrian PCR panjang karena elangkaan Virus Transportation Media (VTM) dan Reagent untuk ekstraksi RNA-nya.

“Jadi kasus yang dilaporkan akan berkisar antara 250-500 tergantung keberadaan VTM dan Reagent,” ucapnya.

Syahrizal juga menyebut bahwa 10 negara di Asia Tenggara yang berat cuma dua negara yaitu Indonesia dan Singapura.

“Jadi 10 negara di Asia tenggara itu dua masih dalam tekanan, dua negara sudah terkendali, dan enam sudah selesai. Maksud saya, masyarakat Indonesia harus terus optimis dan semangat,” kata Syahrizal.

Singapura, lanjutnya, sejak 20 April 2020 lalu sudah mencapai puncak kasus. Laporan per harinya itu seribu empat ratus sekian saat puncak tersebut. Itu sudah puncak kedua.

Puncak pertama di Singapura sebelum ada migran-migran dari Asia Selatan seperti Pakistan, Bangladesh, dan India. Puncaknya hanya 73 itu pada 25 Maret 2020.

“Tapi kemarin 20 April 2020 mereka mencapai puncak lagi, puncaknya tinggi seribu empat ratus sekian,” tegasnya.

Singapura selama beberapa hari ini kasus turun. Artinya, menurut Syahrizal, Singapura sudah bisa mengendalikan kasus tersebut.

Update perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia per Kamis sore, 7 Mei 2020 yaitu jumlah korban yang diidentifikasi terjangkit virus corona bertambah hingga 338 orang, sehingga total positif menjadi 12.776 orang.

Pasien yang dinyatakan sembuh mengalami penambahan sebanyak 64 orang, sehingga total keseluruhan menjadi 2.381 orang. Sedangkan, jumlah pasien yang dinyatakan meninggal dunia ikut mengalami penambahan sebanyak 35 orang, sehingga totalnya menjadi 930 orang.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Kendi Setiawan