Nasional HIKMAH RAMADHAN

Puasa 1 Bulan untuk Bekal 11 Bulan

Ahad, 29 Juli 2012 | 22:24 WIB

Brebes, NU Online
Puasa Ramadhan menjadi agenda tahunan, yang sengaja dipersiapkan oleh Allah SWT untuk menata manusia agar menjadi lebih baik di hari-hari berikutnya, hingga mencapai derajat takwa. Bulan khusus ini, seperti bengkel yang tengah memperbaiki kekeliruan-kekeliruan masa lalu agar kembali ke fitrah. <>

Namun, tidak sedikit diantara kita yang menganggap proses perbaikan (maintenan) dalam ibadah puasa sebagai pematahan kehendak selama berpuasa saja, sehingga yang timbul adalah ancaman sesaat.

Demikian disampaikan Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Brebes KH Sodikin Rachman saat menyampaikan kuliah tujuh menit (kultum) di kantor PCNU Brebes Sabtu (28/7).

“Mau berkelahi tidak jadi, bilangnya lagi puasa. Mau main judi, tidak jadi karena sedang puasa. Diajak melacur, lebih baik mundur karena sedang puasa. Mau ke warung di siang bolong juga urung. Selingkuh, angkuh, bunuh membunuh juga tidak kambuh. Ajakan-ajakan kemaksiatan patah tak tersambungkan,” katanya.

Sayangnya, yang terjadi adalah puasa hanya dijadikan sebagai ancaman saja. Saat Ramadhan puasa, boleh di bilang tidak melakukan kemaksiatan. Tetapi jangan di tanya, usai Ramadhan bakal kembali mengumbar kemaksiatan. “Ini namanya puasa mengancam, entar kalau sudah ga puasa, jangan ditanya!” tambahnya.

Puasa yang sesungguhnya, kata Sodikin, bisa dijadikan wahana untuk membina diri sebagai bekal tuntunan hidup 11 bulan berikutnya. Ketika media televisi misalnya, pada bulan puasa menyiarkan program religi, hendaknya bisa dipertahankan. Artis-artis yang menutup aurat dalam penayangannya, seyogyanya dipertahankan juga untuk sebelas bulan berikutnya.

Bila usai Ramadhan sikap dan sifat pelaku puasa tidak berubah, berarti training puasa tidak mencapai sasaran. Pasalnya tidak mencapai derajat takwa sebagai tujuan utama dari puasa.

Di dalam training puasa, kita diajari untuk tidak berdusta atau kizdb. Maka selama hidup, kita harus tidak berdusta. Jangan ada dusta di antara kita. Karena berbohong pangkal utama dari kehancuran. “Seorang Bupati bisa masuk bui, akibat berbohong dengan me-mark up harga barang, alias korupsi,” terangnya.

Kedua, puasa mengajarkan kita untuk tidak ghibah atau berguncing. Lidah yang tidak bertulang akan terasa manis bisa bersuara yang merdu. Tetapi kalau untuk berguncing maka membakar pahala dan melukai orang lain. 

Ketiga, puasa mengajarkan kita untuk tidak namimah atau penjilat. Dalam bahasa Brebesnya tumbak cucukan. Orang yang tumbak cucukan, hanya mengadu domba dan mencari kepuasan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. 

Keempat, lewat puasa kita diajak untuk tidak yaminul hunus atau bersumpah palsu. Sumpah palsu sebagai upaya menyelamatkan diri, tetapi bisa mencelakakan orang lain. 

Dan kelima, dengan puasa menuntun kita untuk tidak nadlru bisahwat, tidak melihat lawan jenis dengan syahwat. 

Maka bila kelima hal tersebut dilanggar, seorang yang berpuasa hanya akan mendapatkan haus dan lapar saja. Tidak mendapatkan pahala sedikit, apalagi mencapai derajat takwa.

“Mari, jadikan puasa sebagai tonggak mencapai derajat takwa, untuk meneguhkan diri secara istiqomah dengan berbagai kebaikan seperti pada bulan Ramadhan,” ajak Kiai Sodikin Rachman yang juga Kepala KUA Brebes. 



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Wasdiun