Puslitbang Kemenag Harap Pesantren Kooperatif dalam Optimalisasi Data Lembaganya
Rabu, 25 Agustus 2021 | 11:30 WIB
Syifa Arrahmah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (Penda) Balitbang Diklat Kemenag, Hj Sunarini, mengatakan bahwa menindaklanjuti program pemetaan jalan pesantren, pihaknya mengoptimalkan pengumpulan data pesantren di seluruh Indonesia. Optimalisasi data ini, kata dia, tidak akan terlaksana dengan baik tanpa dukungan lembaga terkait.
“Jadi, pengurus pesantren adalah pemilik datanya, sementara kami (Puslitbang) itu pengunggah,” kata Sunarini dalam acara Pra Seminar Layanan Pendidikan, Dakwah dan Pemberdayaan Pesantren di Jakarta, Rabu (25/8).
Berkaitan dengan itu, kerja sama penyuguhan data yang jelas dan riil dari pihak pesantren sangat berpengaruh dalam pendataan ini. Urgensinya membuat pemetaan dengan pesantren bisa dikembangkan mulai dari pendidikan hingga pemberdayaan ekonomi.
“Kami berharap, nanti menjadi data yang terintegrasi antarunit pengelola data. Kami butuh, dinas terkait juga butuh. Jadi, jangan sampai di kami ada, namun di sana tidak ada,” pinta Rini, sapaan akrabnya.
Baca juga: Puslitbang Kemenag Siap Seminarkan Survei Tiga Layanan untuk Pesantren
Ke depan, lanjut dia, program ini dapat berintegrasi dengan data emis dan di Puslitbang. Karena, idealnya data dari satu lembaga harus terdaftar dengan instrumen yang sama. Maka, koordinasi serta transparansi data dari pihak pesantren sangat dibutuhkan untuk melengkapi data yang sudah ada di Puslitbang.
“Demikian itu menjadi alternatif bagi tim pendataan dan lembaga pesantren.
Nah, yang sedang kami kerjakan itu bagaimana agar data menjadi terintegrasi,” tandasnya.
Ia kembali menegaskan, bahwa dalam mengisi data melalui platform online, pihak lembaga ditekankan mengisinya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan. Sehingga informasi dan program yang disasarkan oleh Puslitbang tepat dan sesuai dengan kebutuhan lembaga tersebut.
“Pengalaman data yang kami input kemarin itu, ada yang mencantumkan 10 jenis usaha. Nah, kita berharap yang diisi jangan usaha yang ada di 10 terdepan itu,” tegasnya.
“Karena kalau diakumulasi, semuanya jadi mempunyai usaha. Padahal sebenarnya belum atau tidak ada,” tutur jebolan S2 Manajemen Informatika Universitas Indonesia tahun 2003 ini.
Perempuan kelahiran Ponorogo Jawa Timur ini menambahkan, hal-hal teknis seperti itu jika tidak cermat akhirnya bisa menyebabkan kekeliruan data.
“Ini memang terkait dengan instrumen online, karena tidak dibimbing langsung. Maka, penjelasannya harus clear supaya mengisinya tidak banyak format-format yang keliru,” imbuhnya.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Perhatikan 4 Hal Ini Agar Amal Ibadah Diterima Allah
2
Khutbah Jumat: Pendidikan sebagai Kunci dalam Menggapai Impian
3
Khutbah Jumat: Bersemangatlah, Mencari Nafkah adalah Ibadah
4
Kongres XIII JATMAN Siap Digelar di Asrama Haji Donohudan Boyolali pada 21-22 Desember 2024
5
Khutbah Jumat: Merawat Alam Sebagai Wujud Kepatuhan Terhadap Perintah Agama
6
7 Hari Wafatnya Syekh Hisham Kabbani: Melihat Gerak Dakwahnya di Amerika
Terkini
Lihat Semua