Nasional

Puslitbang Kemenag Matangkan Terjemah Al-Qur’an Bahasa Bugis

NU Online  ·  Jumat, 1 Desember 2017 | 01:02 WIB

Makassar, NU Online
Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Managemen Organisasi (LKKMO) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI pekan ini mematangkan terjemah Al-Qur’an ke Bahasa Bugis. Kegiatan yang dikemas dalam lokakarya (workshop) pembahasan draft final ini merupakan hasil kerja sama dengan UIN Alauddin Makassar.

Kegiatan yang dijadwalkan selama tiga hari, Rabu-Jumat, 29 November-1 Desember 2017 ini dihelat di Hotel Aryaduta Jalan Somba Opu Nomor 297 Losari, Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Kepala Bidang Manajemen Organisasi Puslitbang LKKMO, Yasin Rahmat Anshori pada pembukaan Rabu (29/11) malam mengatakan, kegiatan ini diarahkan untuk melihat dan memeriksa secara keseluruhan, secara teliti dan seksama hasil penerjemahan yang sudah dilakukan.

Yasin mengatakan bahwa penerjemahan Al-Qur’an ke Bahasa Bugis merupakan satu dari sekian program yang ada di Puslitbang LKKMO. Hingga hari ini, pihaknya telah melakukan penerjemahan Al-Qur’an ke dalam 15 bahasa daerah.

Menurutnya, penerjemahan ke Bahasa Bugis ini untuk ketiga kalinya di Sulawesi. Sebelumnya, tim telah menerjemahkan kitab suci kaum Muslimin ini ke Bahasa Makassar dan Bahasa Kaili. “Kali ini saya patut mengucapkan terima kasih kepada Hamdar Arraiyyah. Ia penggagas pertama kali penerjemahan ini,” kata Yasin.

Pria kelahiran Kebumen ini menambahkan, hari ini sudah selesai penerjemahan 30 juz, lalu dilanjutkan proses validasi yang akan dilakukan pada 2018. Kegiatan validasi bertujuan untuk melihat kembali dan mengecek keseluruhan untuk menghindari kesalahan penerjemahan satu ayat pun.

“Secara khusus, saya sampaikan salam dari Kepala Puslitbang LKKMO Choirul Fuad Yusuf yang tidak bisa hadir di sini. Sebab, ada kegiatan yang sama terkait penerjemahan di Aceh. “Kami berbagi tugas biar semua beres,” tandasnya.

Sementara itu, Hamdar Arraiyyah, mantan Kepala Puslitbang Lektur, saat dikonfirmasi usai pembukaan mengatakan, penerjemahan tersebut ia mulai pada 2011. “Waktu itu ada tiga bahasa daerah yang kami garap, yaitu Makassar, Kaili, dan Sasak,” ungkapnya.

Hamdar yang juga pernah menjabat Sekretaris Balitbang Diklat dan Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan menambahkan, ketiga bahasa tersebut banyak penuturnya. “Selain itu, komunitas tiga suku ini memang dekat dengan Islam. Jadi dengan penerjemahan ke bahasa daerah ini diharapkan terjadi penguatan budaya,” katanya.

Sebelumnya, Ketua tim penerjemah Nihaya menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Puslitbang LKKMO dalam kegiatan tersebut. “Kami panitia daerah ini merupakan perpanjangan tangan panitia pusat. Sebelumnya kami juga telah menyelesaikan terjemah ke bahasa Toraja,” ungkapnya.

Ia berharap, hasil terjemahan ini melebihi terjemahan Bahasa Bugis yang sudah ada. Karena ini atas nama Kemenag yang resmi mengharapkan tim penerjemah bekerja maksimum. “Semoga hasilnya lebih representatif dan mutunya terjamin. Jika ada kelebihan anggaran, kami siap menerjemahkan ke Bahasa Mandar,” ujar Nihaya.

Selain 30 orang penerjemah, hadir dalam acara tersebut Kepala Balai Litbang Agama Makassar Hamzah Harun Arrasyid dan Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat, dan Politik UIN Alauddin HM Natsir Siola. (Musthofa Asrori/Alhafiz K)