Nasional

Rais Aam dan Putra Pendiri NU Hadiri Hari Santri di Sumenep

NU Online  ·  Sabtu, 20 Oktober 2018 | 03:00 WIB

Sumenep, NU Online
Ribuan warga Nahdlatul Ulama di Sumenep, Jawa Timur memadati Gelanggang Olahraga Ahmad Yani. Mereka hadir memeriahkan hari santri yang dibarengkan dengan haul muassis NU, Jumat (19/10) malam.

H Panji Taufik selaku Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Sumenep menyampaikan penuh syukur  atas terselenggaranya peringatan hari santri tahun ini.

"Syukur yang tidak terhingga atas limpahan nikmat dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dengan memberikannya kesempatan untuk bisa bersama memperingati hari santri dengan haul muassis NU, juga pendiri Kabupaten Sumenep. Semoga berkah dan santri semakin jaya,” katanya di hadapan hadirin.

Dari berbagai elemen yang ada baik secara kultural dan structural, Sumenep mayoritas adalah santri. “Mengenang perjuangan dan jasa-jasanya merupakan keharusan,” kata Bupati Sumenep,  H A Busyro Karim.

"Usia Sumenep sudah 748 tahun, dan semenjak dulu sampai sekarang peran sangat jelas. Buktinya peminpin- peminpinnya merupakan santri semua,” ungkapnya. Haul para muassis NU dan pendiri Kabupaten Sumenep merupakan bentuk kecintaan santri kepada kiai, lanjutnya.

Sedangkan putra muassis atau pendiri NU, KH R Cholil As’ad Syamsul Arifin mengingatkan bahwa haul adalah cara santri untuk mengetahui perjuangannya para kiai. “Sehingga terawat rasa kecintaannya dan dijadikan panutan dalam setiap tindakan,” katanya.

Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Miftachul Akhyar berpesan santri sangat tidak dianjurkan hanya ikut-ikutan baik sanad keilmuan dan NU, sebab bekal menjadi santri agamis, nasionalis dan responsif. “Butuh pemahaman keNUan yang mapan karena kalau tidak, yang dikhawatirkan terjadi santri hanya bangga dengan jamaah tapi tidak paham jamiyahnya,” jelasnya.

Kegiatan berjalan khidmat dengan dihadiri kurang lebih tiga belas ribu jamaah. Tampak hadir pula tokoh sekaligus penyair Sumenep, KH D Zawawi beserta utusan dari majelis Wakil Cabang se-Sumenep dan warga sekitar. (Misno/Ibnu Nawawi)